1. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kultur
jaringan merupakan salah satu tekhnik memperbanyak suatu tanaman dengan cara
menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang sudah dalam keadaan steril.
Teknik kultur jaringan bukan hanya digunakan untuk beberapa tujuan seperti
mendapatkan produksi metabolit sekunder, mendapatkan keragaman seleksi dan
pemuliaan tanaman.
Pada
dasarnya langkah-langkah dalam melakukan proses kultur jaringan ada 3 tahap,
yaitu :
1. Tahap
I atau disebut juga tahap persiapan eksplan
2. Tahap
II atau disebut juga tahap penggandaan.
3. Tahap
III atau disebut juga tahap penndewasaan.( D.F. Wetherell,1976).
Langkah
pertama yang harus dilakukan apabila akan melakukan kultur jaringan adalah
menentukan tujuan yang ingin dicapai, karena akan menyangkut materi yang akan
digunakan. Misalnya tujuannya ingin memperbanyak tanaman dengan hasil yang
sesuai dengan induknya, maka dilakukan kultur meristem atau kultur kalur.
Apabila tujuannya ingin mendapatkan tanaman yang homozigot, dilakukan kultur
anther. Langkah berikutnya adalah menentukan medium yang akan digunakan dengan
menambahkan ZPT vitamin dan suplemen lainnya. Selanjutnya adalah tahap kerja di
laboratorium.
Proses pelaksanaan kultur jaringan
yang dapat dikatakan proses terakhir yaitu penanaman eksplan. Syarat pertama
kultur jaringan juga masih digunakan pada pelaksanaan ini yaitu kondisi yang
aseptic. Pada pross penanaman eksplan, lingkungan yang digunakan haruslah
benar-benar dalam kondisi yang aseptic. Oleh karenanya penanaman biasanya
dilakukan di Enkas, sebuah kotak dengan tepi yang transparan dan terdapat
lubang untuk tangan, atau dengan menggunakan LAF (Laminar Air Flow).
Penanaman
eksplan harus dilakukan pada ruangan yang harus steril, dan eksplan juga dalam
keadaan yang steril pula. Penanaman
dapat dilakukan pada ruangan tertutup atau ruangan penabur dalam Laminair Air Flow (LAF). Ruangan
digunakan, setelah dilakukan sterilisasi dengan menggunakan larutan alkohol 96
% pada lantai dan dinding ruangan, dan membiarkan ruangan selama 30 menit dengan
sinar UV yang menyala.
Kontaminasi yang terjadi pada
kultur jaringan merupakan momok yang cukup mengganggu proses kultur jaringan.
Namun kontaminasi juga dapat dicegah dengan perlakuan-perlakuan yang aseptic.
Stelah dua acara praktikum diatas dilakukan sterilisasi terhadap peralatan
kultur dan media kultur, tanaman atau eksplan yang akan ditanam juga harus
dalam keadaan steril dan sehat artinya eksplan tidak terserang penyakit ataupun
terkena serangan mikroba.
Keberadaan kontaminan yang berasal
dari spora maupun mikroba lainnya sangat sulit dihindari termasuk juga di dalam
ruang kultur. Untuk itu sterilisasi ruangan juga perlu dilakukan tentunya
dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang aseptic dan menghilangkan
mikroba maupun spora penyebab kontaminan.
B.
Tujuan
1. Mengetahui
dan mempraktikan cara menanam eksplan dan sub kultur.
2. Mengamati
pertumbuhan eksplan.
3. Mencari
factor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur
jaringan.
II.
TINJAUAN PRAKTIKUM
Dengan semakin berkembangnya usaha di bidang pertanian
maka kebutuhan bibit semakin meningkat. Melalui perbanyakan konvensional sangat
sulit untuk memenuhi kebutuhan bibit yang sangat banyak dengan waktu relatif
cepat. Dengan demikian, teknologi kultur jaringan telah terbukti dapat digunakan
sebagai teknologi pilihan.( Mariska, 2008 ).
Menurut
Sriyanti (1994), kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian
dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ,
serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut
dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.
Tujuan dari Kultur jaringan diantaranya
menciptakan tanaman baru bebas penyakit, memperbanyak tanaman yang sukar
diperbanyak secara seksual, dan menghasilkan tanaman baru sepanjang tahun
(Hendaryono,1994).
Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik
pemeliharaan jaringan atau bagian dari individu secara buatan (artifisial). Yang
dimaksud secara buatan adalah dilakukan di luar individu yang bersangkutan. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in
vitro, sebagai lawan dari in vivo. Dikatakan in vitro (bahasa Latin, berarti
"di dalam kaca") karena jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi
atau cawan petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya. Kultur
jaringan secara teoretis dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik dari
tumbuhan maupun hewan (termasuk manusia) namun masing-masing jaringan
memerlukan komposisi media tertentu (Hendra, 2007).
Pertumbuhan dan perkembangan dalam kultur in vitro
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: faktor genetik, media tumbuh,
faktor lingkungan, dan zat pengatur tumbuh. Menurut Wetherell (1982), zat
pengatur tumbuh (ZPT) di dalam dalam media berfungsi untuk mengatur pertumbuhan
dan perkembangan tanaman pada setiap tingkat pertumbuhan dan perkembangan.
Di dalam tanaman terdapat fitohormon yang mendorong
pertumbuhan dan perkembangan, serta fitohormon yang menghambat. ZPT akan
bekerja secara aditif (sinergis) dengan fitohormon (pendorong) atau antagonis
dengan fitohormon yang menghambat. Resultan dari interaksi ini akan tampil
dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Gardner (1991) tanaman pada
kultur jaringan tidak dapat menghasilkan karbohidrat sendiri dalam jumlah cukup
sehingga perlu diberikan sumber energi karbon dalam media berupa sukrosa.
Proses
perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan terdiri atas seleksi pohon induk
(sumber eksplan), sterilisasi eksplan, inisiasi tunas, multiplikasi, perakaran,
dan aklimatisasi. Eksplan berupa
mata tunas, diambil dari pohon induk yang fisiknya sehat. Tunas tersebut
selanjutnya disterilkan dengan alkohol 70%, HgCl2 0,2%, dan Clorox 30%.
Inisiasi tunas. Eksplan yang telah disterilkan di-kulturkan dalam media kultur
(MS + BAP). Setelah terbentuk tunas, tunas tersebut disubkultur dalam media
multiplikasi (MS + BAP) dan beberapa komponen organik lainnya. Multiplikasi
dilakukan secara berulang sampai diperoleh jumlah tanaman yang dikehendaki,
sesuai dengan kapasitas laborato-rium. Setiap siklus multiplikasi berlangsung
selama 2–3 bulan. Untuk biakan (tunas) yang telah responsif stater cultur,
dalam periode tersebut dari 1 tunas dapat dihasilkan 10-20 tunas baru. Setelah
tunas mencapai jumlah yang diinginkan, biakan dipindahkan (dikulturkan) pada
media perakaran ( Biogen, 2008 ).
Untuk perakaran digunakan media MS + NAA. Proses perakaran pada umumnya berlangsung selama 1 bulan.
Planlet (tunas yang telah berakar) diaklimatisasikan sampai bibit cukup kuat
untuk ditanam di lapang. Aklimatisasi. Dapat dilakukan di rumah kaca, rumah
kasa atau pesemaian, yang kondisinya (terutama kelembaban) dapat dikendalikan.
Planlet dapat ditanam dalam dua cara. Pertama, planlet ditanam dalam polibag
diameter 10 cm yang berisi media (tanah + pupuk kandang) yang telah
disterilkan. Planlet (dalam polibag) dipelihara di rumah kaca atau rumah kasa.
Kedua, bibit ditaruh di atas bedengan yang dinaungi dengan plastik. Lebar
pesemaian 1-1,2 m, panjangnya tergantung keadaan tempat. Dua sampai tiga minggu
sebelum tanam, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang (4 kg/m2) dan disterilkan
dengan formalin 4%. Planlet ditanam dengan jarak 20 cm x 20 cm. Aklimatisasi
berlangsung selama 2-3 bulan. Aklimatisasi cara pertama dapat dilakukan bila
lokasi pertanaman letaknya jauh dari pesemaian dan cara kedua dilakukan bila
pesemaian berada di sekitar areal pertanaman ( Biogen, 2008 ).
III. MATERI PRAKTIKUM
A. Bahan
dan Alat :
· Bahan
a.
Bahan eksplan
yang dapat berupa daun muda, tunas, pucuk tanaman
b.
Media tumbuh
c.
Sterilan :
alcohol, sublimat, Clorox
d.
Aquades steril
· Alat
a.
Laminar Air Flow
b.
Erlenmeyer
c.
Handsprayer
- Prosedur Kerja
· Persiapan
ruang penabur
1. Sebelum digunakan
ruang penabur disterilkan dengan sinar UV selama 30 menit atau dengan
menyemprotkan alcohol 96% ke bagian tangan dan botol yang berisi media
2.
Alat-alat yang digunakan diatur dengan rapi pada LAF, posisi scalpel dan pinset
serta alcohol 96% yang digunakan untuk mensterilkan dissecting kit (scalpel dan
pinset) disebelah kiri Bunsen sedangkan botol kultur disebelah kanan.
3.
Petridish diletakan dibagian tengah, setiap selesai eksplant dipotong petridish
ditutup kembali untuk menghindari kontaminasi.
4. Selesai digunakan alat disterilkan dengan alkohok dan
dibakar dengan Bunsen.
5. Sebelum masuk kedalam LAF semua seperti botol dan
tangan harus disterilkan dengan alcohol 96%.
6. Setiap selesai menggunakan pinset maupun scalpel, lalu
dicelupkan kedalam alkohol, lalu dibakar pada nyala api bunsen.
·
Penyiapan Eksplan
Eksplan adalah bahan tanaman yang akan dikulturkan, dapat
berupa daun, tunas, pucuk, bunga, endosperm, buah muda, sel, protoplas dan yang
lainnya.
· Penanaman
Eksplan
a. Disiapkan
alat-alat yang akan digunakan untuk penanaman eksplan.
b.
Diambil potongan eksplan yang sudah siap
untuk ditanam dengan pinset.
c.
Dibuka botol kultur yang telah berisi
media dan dibakar bagian mulut botol.
d.
Diletakan eksplan kedalam media dengan
hati-hati.
e. Botol ditutup dengan kertas aluminium foil dan diseal.
f.
Diletakan pada ruang inkubasi.
g.
Diamati perkembangan eksplan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hari
/ Tanggal Pengamatan
|
No
Botol Eksplan
|
Keterangan
|
||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|
Kamis,
15 Desember 2011
|
Belum
Tumbuh
|
Belum
Tumbuh
|
Belum
Tumbuh
|
Eksplan, media (baik)
|
Eksplan, media (baik)
|
Eksplan, media (baik)
|
Senin,
19 Desember 2011
|
Belum
Tumbuh
|
Belum
Tumbuh
|
Belum
Tumbuh
|
Kontam
(jamur)
|
Kontam
(jamur)
|
Kontam
(jamur)
|
Rabu,
21 Desember 2011
|
Belum
Tumbuh
|
Belum
Tumbuh
|
Belum
Tumbuh
|
Kontam
(jamur)
|
Kontam
(jamur)
|
Kontam
(jamur)
|
B. Pembahasan
Kultur
jaringan merupakan salah satu teknik memperbanyak suatu tanaman dengan cara
menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang sudah dalam keadaan steril.
Dalam melakukan proses kultur jaringan ada beberapa langkah yang harus
dilakukan diantaranya adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai hal ini
penting karena menyangkut materi yang akan digunakan. Setelah mengetahui tujuan
yang aingin dicapai langkah yang dilakukan berikutnya adalah menentukan medium
yang akan digunakan.( Nasir,2001)
Proses
kultur jaringan tidak bisa dilakukan di temapt yang sembarangan, akan tetapi
dilaksanakan pada laboratorium tertentu. Proses penyimpanan eksplan dilakukan
di dalam ruang penabur. Dimana ruang penabur merupakan kunci keberhasilan
budidaya in-vitro. Didalam ruangan
ini semua dilakukan dengan steril, dan pengawasan kesterilan di ruang penabur
tersebut sangat ketat.( Moeso S,1996 )
LAF cabinet merupakan suatu kotak tempat sterilisasi dan
penanaman eksplan ( bahan tanam ). Di dalam laminar, terdapat blower dan lampu ultra violet. Blower menghembuskan
udara halus melalui suatu kotak filter yang fungsi untuk mencegah kontaminan yang berasal dari
udara. Sementara itu, lampu ultra violet berfungsi untuk mematikan kontaminan
yang berada di permukaan dalam laminar, permukaan dalam laminar dilap dengan
kapas atau tissu yang sebelumnya dicelupkan dalam alkohol 70% dan lampu ultra
violetnya dinyalakan selama 0,5-1jam (Hendaryono,1994 ).
Prinsip
kerja Laminar Air Flow Cabinet
Ø Lamianar
Air Flow Cabinet digunakan sebagai meja kerja steril untuk kegiatan inokulasi/
penanaman.
Ø Laminar
Air Flow Cabinet mengutamakan adanya hembusan udara steril yang digerakkan oleh
blower yang disaring oleh HEPA Filter.
Ø Sebelum
dioperasikan Laminar Air Flow Cabinet harus dinyalakan minimal 30 menit dan
harus dilakukan penyemprotan dengan alcohol agar alat dan ruang kerja tersebut
terjamin kesterilannya.
Ø Pada
saat melaksanakan pekerjaan, harus dinyalakan blowernya yang berfungsi sebagai
penghembus udara steril dan lampu TL sebagai penerang.
Ø Agar
Laminar Air Flow Cabinet dapat difungsikan setiap saat,
pemeliharaan dan perawatan alat harus selalu dilakukan.
Cara
kerja Laminar Air Flow Cabinet
Ø Bersihkan meja kerja dengan menggunakan
tissue, Semprot meja kerja dengan menggunakan alkohol tanpa mengenai bagian
filter HEPA.
Ø Tutup
kaca Laminar Air Flow Cabinet, kemudian nyalakan lampu UV selama 30 menit.
Ø Setelah
minimum 30 menit, matikan lampu UV dan buka kaca laminar air flow cabinet serta
nyalakan lampu TL dan blower.
Ø Siapkan
pisau scalpel dan pinset pada meja kerja steril
Semprotkan alat tersebut dengan menggunakan alcohol.
Ø Bakarlah
alat tersebut dengan menggunakan nyala api lampu spirtus.
Lakukan kegiatan inokulasi dengan hati-hati dan cermat
sesuai dengan petunjuk kerja.
Ø Bersihkan
kembali Laminar air flow cabinet sehingga dalam kondis siap pakai.
Matikan blower dan
lampu TL, tutup kembali pintu kaca meja steril.
Pada
laminar air flow cabinet, terdapat 2 macam filter :
o
Pre-filter, yang menggunakan saringan
pertama terhadap debu-debu dan benda-benda yang kasar. Pori-porinya kira-kira
5mm sehingga efisiensinya dapat mencapai 95mm untuk objek-objek yang >5mm.
o
HEPA filter dengan pori-pori 0.3 m dan
terdapat pada bidang keluar udara kearah permukaan tempat kerja.
Pre-filter
harus sering dibersihkan dengan vacum cleaner dan sebaiknya diganti 1 tahun
sekali. Namun HEPA filter diganti setelah melalui pemeriksaan dengan
particulate count atau dengan alat yang disebut magnehelic gauge. Laminar air
flow cabinet ada yang dilengkapi dengan lampu UV, ada juga yang tidak. Pada
laminar air flow cabinet yang tidak dilengkapi dengan lampu UV, blower harus
dijalankan terus menerus walaupun laminar air flow cabinet tersebut sedang
tidak dipergunakan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan ruang kerja didalam
laminar air flow tersebut. Pada laminar air flow yang dilengkapi dengan lampu
UV. dianjurkan agar menyalakan lampu UV. minimum 30 menit sebelum laminar air
flow digunakan. Ketika laminar air flow sedang digunakan, lampu UV harus
dimatikan, sedangkan blower dijalankan. Blower pada laminar air flow cabinet
yang dilengkapi dengan lampu UV, hanya dijalankan pada saat laminar air flow
sedang digunakan. ( D.F.Wetherell,1976 )
Ukuran
:
Ø Panjang
total : 80 cm
Ø Lebar
total : 75 cm
Ø Tinggi
total :
95 cm
Ø Ruang
kerja LAFC :
ü Panjang : 77 cm
ü Lebar : 42 cm
ü Tinggi : 61 cm
Ø Bobot
Total sekitar 75 kg.
Komponen dan bahan.
Ø Sentrifugal
Blower 90 watt, dengan setting dua kekuatan.
Ø Lampu
Ultra violet 15 watt, panjang gelombang < 320 nanometer (khusus untuk
sterilisasi).
Ø Lampu
neon 20 watt.
Ø Bahan
pelapis luar dan ruang kerja bagian dalam adalah plat Almunium.
Ø Komponen
dasar Mulipel blok.
Ø Lapisan
bagian dalam diberi lapisan peredam suara, sehingga suara mesin sangat halus.
lantai kerja almunium dilapis kaca tebal 5 mm di cat bagian bawahnya putih.
Ø Rangka
luar filter Kawat persegi aluminium versi baru.
Ø Komponen
penutup ruang kerja adalah akrilik kualitas prima/bening.
Ø Bagian
dalam dilengkapi lapisan kaca setengah bagian untuk mengurangi kontaminasi dari
luar.
Ø Dilengkapi
dengan rangka meja besi yang kokoh khusus untuk meletakkan LAFC.
Sterilisasi
eksplan dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara mekanik
dan secara kimia.
a.
Sterilisasi eksplan secara mekanis. Cara
ini digunakan untuk eksaplan yang keras atau berdaging, yaitu dengan membakar
eksplan tersebut diatas lampu spirtus sebanyak tiga kali. Eksplan keras yang
disterilkan dengan cara ini adalah tebu, biki salak, bung, buah anggrek,
akapulaga dan sebagainya. Sterilisasi eksplan dengan cara kimiawi.
b.
Sterilisasi secara kimiawi digunakan
untuk eksplan yang lunak seperti daun, tangkai daun, dan sebagainya. Bahan kimia yang sering dipakai untuk
disinfestasi adalah alkohol seperti etil, metil, atau isopropyl-alkohol dengan
konsentrasi 70-80%, Ca-hipoklorit atau Na- hipoklorit.
Macam-macam bahan untuk sterilisasi dan
fungsinya:
1. Deterjen (Membershkan kotora/debu dari eksplan)
2. Fungisida (Memberihkan jamur/cendawan)
3. Bakterisida (Membersihkan bakteri)
4. Alkohol 70% dan 95%
2. Fungisida (Memberihkan jamur/cendawan)
3. Bakterisida (Membersihkan bakteri)
4. Alkohol 70% dan 95%
5. Sodium hipoklorik dengan nama dagang clorox
atau bayclin
6. Mercury chlorit dengan nama dagang sublima 0,05 %
6. Mercury chlorit dengan nama dagang sublima 0,05 %
7. Tween -20 (Agen pembasah)
8. Antibiotik
9. Iodine/betadine Antiseptik
8. Antibiotik
9. Iodine/betadine Antiseptik
Satu
hal yang penting dalam sterilisasi permukaan eksplan adalah mengkompromikan
antara usaha untuk mendapatkan eksplan yang steril dan menjaga agar jaringan
eksplan tidak rusak akibat tingginya konsentrasi disinfektan. Untuk meminimalkan tingkat kontaminasi dan
mendapatkan pertumbuhan eksplan yang cepat, beberapa perlakuan (threatment)
terhadap tanaman induk sumber eksplan dapat diterapkan sebagai berikut:
o
Pemeliharaan tanaman induk di rumah kaca
dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman secra intensif.
o
Pemangkasan tanaman induk diikuti pemupukan
yang seimbang. Flush atau trubusan baru yang tumbuh setelah pemangkasan
digunakan sebagai eksplan. Flush yang tumbuh tersebut sebaiknya disemrot dengan
fungisida sistemik ( Benlate) dan bakterisida ( Agrept) agar tumbuhnya lebih
sehat.
o
Perlakuan tanaman induk dengan
temperatur yang tertentu seperti suhu rendah (4oC) atau suhu tinggi (35oC).
o
Perlakuan tanaman induk dengan ZPT
seperti sitokonin atau giberelin. Sitokonin untuk merangsang tumbuhnya
tunas-tunas aksilar, sedangkan giberelin untuk merangsang pemanjangan tunas.
Pemeliharaan
tanaman induk dalam keadaan yang lebih higienis yaitu dengan menumbuhkannya di
dalam rumah kaca dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman yang intensif
membuktikan dapat mengurangi tingkat kontaminasi eksplan yang diambil dari
tanaman tersebut, terutama yang disebabkan oleh cendawan. Namun, cara ini sulit
diterapkan untuk kontaminasi yang disebabkan oleh mikroorganisme endofilik,
terutama bakteri.
Eksplan atau kultur dapat terkontaminasi oleh berbagai
mikrooganisme seperti jamur, bakteri, serangga atau virus. Namun, sumber utama
kontaminan adalah spora jamur dan bakteri yang membentuk bagian alami dari
atmosfer. Banyak yang bersifat non-patogenik, artinya mereka tidak menyebabkan
bahaya bagi tanaman inang pada kondisi normal. Kontaminasi permukaan dapat
diatasi dengan cara pencucian menggunakan berbagai perlakuan bahan kimia.
Keterbatasan utama adalah untuk memberikan perlakuan yang cukup kuat untuk
mengeliminasi kontaminasi tanpa merusak jaringan tanaman. Ini biasanya dicapai
dengan menambahkan detergen, agitasi (digoyang –goyang), atau membenamkan
eksplan dengan sedikit tekanan untuk mengilangkan gelembung udara yang mungkin
mengandung mikroorganisme (Hendaryono,
1994).
Kontaminasi
yang disebabkan oleh mikroorganisme endofilik (organisme yang hidup di dalam
sel atau ruang antar sel tanaman) yang sering merupakan biote dari tanaman
sumber eksplan, sulit diatasi dengan sterilisasi permukaan. Keadaan ini
disebabkan oleh koloni baktri sering tidak muncul pada saat eksplan baru
dikulturkan pertama kali, tetapi beberapa minggu kemudian muncul koloni
bakteri. Bakteri tersebut tetap ada setelah disubkulturkan berkali-kali, karena
hidupnya memang secara epifit di dalam jaringan tanaman.
Eksudasi dari eksplan merupakan tipe kontaminasi yang
lain, bukan dari organisme lain. Ketika jaringan tanaman terluka, dengan cara
pemotongan atau perlakuan bahan kimia seperti larutan klorin, reaksi fisiologis
terjadi pada sel sekitar luka. Salah satu prosesnya adalah produksi bahan biokimia
apakah sebagai produk pecahan atau sintesa sebagai mekanisme perlindungan.
Keluarnya substansi dari jaringan akan terjadi. Bahan kimia ini mungkin atau
mungkin tidak memberi pengaruh mematikan pada pertumbuhan kultur (Imron, 2007).
Eksplan
sendiri adalah bagian tanaman yang dipakai untuk bahan budidaya atau kultur
jaringan. Eksplan yang baik adalah :
a) Bagian
tanaman yang masih muda
b) Diambil
dari tanaman yang tumbuh subur dan sehat
c) Dinding
sel amsih tipis dan belum berpembuluh kayu
d) Bersifat merismatik atau meristemoid.
Sterilisasi
sangat penting karena :
a) Jasad
renik yang terbawa eksplan akan tumbuh menutupi eksplan dan media sehingga
dapat menghancurkan jaringan yang akan ditanam.
b) Adanya
jasad renik akan mengubah lingkungan karena hilangnya zat makanan di media dan
dilepaskan produk metabolit tambahan ke dalam media dan dilepaskannya produk
metabolit tambahan ke dalam media, sehingga dapat menghancurkan eksplan yang
akan ditanam.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam kegiatan inisiasi/penanaman yakni sebagai berikut : (
Hawaauriz, 2009 ).
1.
Alat dan bahan yang dimasukkan dalam laminar harus
dipastikan dalam keadaan steril sehingga perlu dilakukan penyemprotan dengan
alkohol 70 %.
2.
Untuk mengurangi masuknya mikroorganisme yang tidak
diinginkan, sebelum membuka tabung kultur sebaiknya mulut tabung digarang pada
api terlebih dahulu
3.
Kegiatan penanaman diusahakan dilakukan dengan
cepat, karena semakin cepat dilakukan penanaman maka eksplan tidak akan terlalu
lama berikatan dengan oksigen sehingga kemungkinan untuk browning semakin
kecil.
Sebagai
sumber utama kontaminan, eksplan memiliki perlakuan khusus pada proses
sterilisasinya. Diantranya adalah pencucian dengan menggunakan deterjen
ditujukan untuk menghilangkan sisia-sisa tanah pada umbi eksplan. Selanjutnya
di rendam dalah alcohol untuk menghilangkan atau membunuh kuman. Selanjutnya
dicelupkan pada larutan klorok untuk membunuh mikroba terutama yang ada di
bagian dalam eksplan. Digunakan pula fungisida untuk membunuh spora ataupun
cendawan yang diperkirakan ada pada eksplan.
Praktikum
kultur jaringan kali ini, eksplan yang digunakan adalah daun bunga begonia dan ditanam pada media yang
telah dibuat sebelumnya yaitu Media MS. Setelah dilkukan penanaman, eksplan
tersebut diamati selama kurang lebih 2 minggu, untuk mengetahui apakah terjadi
kontaminasi pada eksplan ataupun media.
Adapun
kontaminasi yang sering terjadi pada kultur jaringan tanaman terdiri atas dua
jenis yaitu kontamiasi oleh bakteri dan kontaminasi oleh jamur. Untuk
membedakan kedua jenis kontaminasi ini, dapat dilihat dari ciri-ciri fisik yang
muncul pada eksplan maupun media kultur. Bila terkena kontaminasi bakteri maka
tanaman akan basah atau menyebabkan adanya lendir, hal ini dikarenakan bakteri
langsung menyerang terhadap jaringan dari tubuh tumbuhan itu sendiri. Sedangkan
bila terkontaminasi oleh jamur, tanaman akan lebih kering dan akan muncul hifa
jamur pada tanaman yang terserang dan biasanya dapat dicirikan dengan adanya
garis – garis (seperti benang) yang berwarna putih sampai abu – abu. Penyebab
terjadinya kontaminasi bisa diakibatkan karena kesalahan pada saat penanaman,
saat sterilisasi media dan eksplan atau bahkan pada saat pembuatan media.
Berdasarkan
pengamatan dilakukan selama 2 minggu (3 kali pengamatan) ternyata ketiga
eksplan terkontaminasi. Adapun pada pengamatan pertama (2 hari setelah
penanaman) kondisi eksplan dan media tumbuh kultur masih dalam keadaan baik.
Sedangkan pada pengamatan kedua, eksplan dan media kultur telah terkontaminasi
oleh jamur. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kontaminan yang berwarna putih
dan membentuk seperti benang (hifa). Begitupun pada pengamatan selanjutnya,
kontaminasi yang terjadi oleh jamur makin jelas dan terlihat begitu nyata
karena hampir seluruh bagian permukaan eksplan dan media kultur ditumbuhi oleh
jamur. Kontaminasi bisa terjadi dikarenakan adanya kesalahan atupun kurang
optimalnya dalam penanaman maupun melakukan hal lain yang dapat mendukung
keberhasilan kultur jaringan tersebut, terutama dalam hal sterilisasi.
V.
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan praktikum
kultur jaringan tanaman acara Penanaman Eksplan dapat diperoleh beberapa
simpulan sebagai berikut :
1. Penanaman
eksplan dilakukan di LAF (Laminar Air Flow). Penggunaan alat sebelumnya sudah
dalam keadaan steril. Penanaman dilakukan dengan cara mencelupkan scalpel dan
pinset ke dalam alcohol 96% lalu dibakar pada nyala api Bunsen. Setelah itu
alat baru bisa digunakan untuk menanam. Pada setiap botol kultur, diisi 1
potong eksplan.
2. Pada
eksplan daun
begonia terjadi kontaminasi oleh jamur,
hal ini ditunjukkan dengan adanya kontaminan yang berwarna putih dan membentuk
seperti benang (hifa).
3. Kontaminasi bisa
terjadi dikarenakan adanya kesalahan atupun kurang optimalnya dalam penanaman maupun
melakukan hal lain yang dapat mendukung keberhasilan kultur jaringan tersebut,
terutama dalam hal sterilisasi.
B. SARAN
Dalam pemilihan eksplan terutama eksplan
yang berasal dari daun, sebaiknya memilih daun yang bertekstur lebih keras /
kaku. Begitu juga dalam hal pemotongan eksplan, sebaiknya dibentuk lebih lancip
untuk bagian yang akan ditanam guna memudahkan dalam proses penanaman eksplan.
Makasih banget infonya ya bro.... bermanfaat!!
BalasHapusrefresensinya gak da..
BalasHapusSaran aja sih.
BalasHapuskalo disitu udha ditulis sitasi, tolong adain dapus biar lebih terpercaya dan tidak disebut sebagai plagiat. tks