Jumat, 14 Desember 2012

Manipulasi Pencahayaan Untuk Merangsang Pembungaan

A. Pembungaan Suatu Tanaman
 
Cara bagaimana bunga-bunga itu tersusun pada suatu tanaman disebut anthotaxis. Diantara berbagai jenis tumbuh-tumbuhan itu terdapat tanaman yang hanya membentuk satu bunga (planta uniflora), yang terletak di ujung batang atau cabang (terminalis). Beberapa jenis tanaman lain membentuk banyak bunga, tetapi tiap bunga duduk pada ketiak daun biasa (axillaris) dan letak bunga-bunga dari tanaman itu terpencar (flores sparsi). Kadang-kadang bunga terbentuk pada batang yang telah berkayu (cauliflores) atau dapat pula pada cabang-cabang yang telah cukup tua (ramiflores).
Salah satu faktor yang menpengaruhi pembungaan pada tanaamn adalah cahaya. Ada beberapa faktor dalam pencahayaan yaitu :

  1. Intensitas cahaya
Cahaya merupakan salah satu faktor pertumbuhan yang penting bagi tanaman berdaun hijau. Bilamana jumlah intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman itu terlalu kecil, maka tanamannya tidak dapat tumbuh normal. Untuk pembungaan yang normal tanaman membutuhkan intensitas cahaya matahari yang tidak boleh lebih rendah daripada batas nilai tertentu. Dalam pertumbuhan tanaman menuju ke arah reproduksi itu cahaya tidak hanya diperlukan untuk pembentukan bunga, tetapi juga untuk pertumbuhan buah hingga dapat diperoleh buah masak. Kebutuhan cahaya untuk pembungaan tidak sama bagi bermacam-macam jenis tumbuhan. Misalnya pohon Mangga (Mangifera indica L.). Pada umumnya tanaman yang pada masa pertumbuhan mendapat cahaya lebih banyak dapat lebih mudah berbunga daripada yang menderita kekurangan cahaya. Sehubungan dengan hal itu maka banyak bunga terbentuk pada bagian ujung cabang-cabang atau ranting-ranting, supaya lebih mudah mendapat sinar matahari. Contoh lain yaitu tanaman kopi yang tumbuh dibawah naungan pohon-pohon besar yang rimbun sehingga kurang mendapat cahaya matahari, sering kali tidak mau berbunga. Andai kata beberapa cabang dari pohon-pohon pelindung itu di pangkas, maka tanaman kopi tersebut akan mendapat lebih banyak cahaya matahari dan kemudian dapat berbunga. Maka oleh dari itu usaha yang yang sering dilakukan dalam praktek untuk memaksa supaya tanaman lekas berbunga adalah memangkas cabang-cabang tanaman yang berlebihan dan yang kurang produktif, misalnya cabang-cabang yang telah rapuh, rusak, sakit atau telah mati.

2. Fotoperiodesitas
Setiap hari selama 24 jam, kita dapat menyaksikan adanya pergantian antara periode gelap di waktu malam dan periode terang pada siang hari. Di daerah yang beriklim tropis terutama di tempat-tempat yang terletak pada garis katulistiwa (equator), panjang siang hari dan malam hari dapat dikatakan hampir sama, yaitu rata-rata 12 jam sehari. Tetapi tidak demikian halnya pada tempat-tempat lain yang terletak jauh dari equator. Panjang hari bila dihitung mulai pada saat matahari terbit hingga terbenam tidak akan tetap sepanjang tahun. Hal ini disebabkan karena letak tempat matahari itu setiap hari berubah sedikit demi sedikit.
Peristiwa pergantian periode terang dan gelap yang dapat disaksikan setiap hari dalam jangka waktu tertentu itu dinamakan fotoperiodesitas dan menurut pengalaman dapat mempengaruhi pembungaan beberapa jenis tumbuh-tumbuhan. Dalam ilmu tumbuh-tumbuhan siang hari yang lamanya kurang dari 12 jam disebut hari pendek, sedang siang hari yang lamanya lebih dari 12 jam disebut hari panjang.
Berdasarkan adanya respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran (fotoperiodisitas) dalam proses pembungaan, maka tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1). Tumbuhan hari pendek (short day plant); (2). Tumbuhan hari panjang (long day plant); dan (3). Tumbuhan hari netral (neutral day plant). Pada proses pembungaan yang merupakan periode kritis adalah panjang malam (periode gelapnya). Proses pembungaan tumbuhan tertentu dapat dirangsang dengan perlakuan temperatur rendah (vernalisasi). Pada dasarnya vernalisasi tidak hanya untuk pembungaan tetapi dapat pula diperlakukan pada biji-biji tumbuhan tertentu sebelum perkecambahan. Temperatur optimum untuk vernalisasi berkisar antara 0 – 5oC. Zat yang bertanggung jawab meneruskan rangsangan vernalisasi disebut vernalin, yaitu suatu hormon tumbuh. Hormon tumbuh yang berperan dalam proses pembungaan disebut florigen. Asam giberelin (GA) merupakan salah satu hormon tumbuh yang berperan dalam proses pembungaan, tetapi tidak semua GA efektif untuk merangsang pembungaan, misal GA6 dan GA8.
BAB II
  1. Manipulasi Pencahayaan Untuk Merangsang Pembungaan
  1. Manipulasi pada bunga Krisan
Tanaman krisan termasuk tanaman yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan cahaya (fotoperiodesitas), baik dalam fase pertumbuhan maupun fase pembungaan. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, tanaman krisan memerlukan ketersediaan cahaya antara 14 – 16 jam/hari, sedangkan untuk fase pembuangan, tanaman ini memerlukan panjang hari kurang dari 12 jam/hari. Dengan demikian untuk memacu pertumbuhan tanaman, perlu ditambahkan cahaya buatan yang berasal dari lampu pijar atau TL. Jika digunakan lampu buatan yang berasal dari lampu pijar, maka intensitas cahaya pada daerah tergelap minimal 70 lux, sedangkan jika menggunakan lampu TL, minimal 40 lux. Dengan kondisi tersebut, daya lampu minimal yang diperlukan adalah 100 W untuk lampu pijar dan 40 W untuk TL. Pemberian cahaya tambahan tersebut umumnya dilakukan mulai jam 19.00 sampai dengan jam 04.00 dengan cara intermittent lighting, yaitu menyala selama 10 menit, padam 20 menit yang dilakukan secara berulang-ulang.
Krisan adalah tanaman yang tumbuh baik pada  ketinggian tempat 700 – 1200 m dpl, suhu udara untuk pertumbuhan (siang : 20-28 oC dan malam : 15-20 oC), kelembaban udara selama pertumbuhan awal 90 -95 %, dan setelah tanam, tingkat keasaman tanah pH 6,2 – 6,7 .
Namun meskipun tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi seperti di Cianjur, Bogor, Sukabumi, Lembang dan beberapa wilayah indonesia lainya, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik, sedangkan untuk pembungaan membutuhkan cahaya menjelang pembungaan 70 – 80 %, tanaman hari pendek (masa vegetatif memerlukan periode malam yang panjang (>14.5jam) / berbunga bila penyinaran < 11 jam). Untuk produksi yang optimal perlu diberi tambahan cahaya buatan 3-4 jam pada malam 3,5 – 4,5 mg dari lampu TL dan lampu pijar.
SUBSISTEM PENCAHAYAAN BUATAN
  • Lampu pijar dengan reflektor.
  • Instalasi 100 watt per 5 meter persegi.
  • Intensitas minimal pada titik tumbuh adalah 70 lux (diukur dengan lux-meter).
  • Pola pencahayaan adalah kontinyu atau cyclic system.
  • Pola pencahayaan cyclic lighting: (9’ ON 18’ OFF)
•         Jam:    22.00-22.09      22.09-22.18       22.18-22.27
•                     22.27-22.36      22.36-22.45      22.45-22.54
dst                    dst                     dst. s/d 02.00
•         Blok A        ON       off                  off
•         Blok B        off                ON         off
•         Blok C        off                off                  ON
  1. Manipulasi pencahayaan pada tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)
Tanaman Rosela mempunyai batang yang bila di rendam dapat menghasilkan serat untuk pembuatan karung goni. Di tempat-tempat seperti di Bogor (jawa barat) dan Mojosari (Jawa Timur) yang terletak pada garis 6-7 Lintang Selatan, maka tanaman rosela yang telah dewasa tidak dapat membentuk bunga dalam periode antara 1 November sampai 1 april, karena mengalami hari-hari yang agak panjang. Bilamana tanaman Rosela itu ditanam di Bogor dan Mojosari tiap minggu berturut-turut mulai dari awal Agustus sampai bulan Februari pada tahun berikutnya, maka seluruh tanaman akan berbunga serentak dalam pertengahan bulan April pada hari-hari pendek. Periodesitas dari pembungaan itu disebabkan oleh perubahan panjangnya hari secara periodik. Kuncup-kuncup bunga Rosela hanya dapat mekar dalam periode hari-hari pendek yaitu di Bogor dan Mojosari antara bulan April sampai bulan September. Dalam periode ini lamanya siang hari berkisar anatara 11 jam 40 menit dan 11 jam 58 menit. Menurut pengalaman Rosela yang ditanam dalam bulan Agustus akan berbunga pada akhir bulan April yaitu setelah berumur 8-9 bulan, sedangkan yang ditanam dalam bulan Mei sampai Juni sudah dapat berbunga dalam waktu 2,5 bulan. Dengan demikian umur tanaman Rosela di Jawa sampai mulai berbunga dapat berkisar antara 2,5 – 9 bulan, tergantung daripada tanggal bertanam. Mulai bulan september – April tanaman Rosela akan tumbuh vegetatif terus, batangnya dapat mencapai tinggi sampai 4-4,5 meter dan dapat menghasilkan serat yang panjang. Bilaman rosela itu ditanam dalam bulan Mei- juni, maka pada hari-hari pendek itu tanaman sudah dapat berbunga pada umur 2,5 bulan dan kemudian akan berbuah dan menghasilkan biji untuk keperluan pembiakan. Akan tetapi batangnya pendek, tingginya hanya sekitar 1 – 1,5 meter. Sehubungan dengan hal itu maka dalam praktek, untuk memperoleh hasil serat yang panjang penanaman Rosela di Jawa dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober , sedang untuk pembijian penanamannya dilakukan dalam bulan Februari sampai April.
Berbeda dengan keadaan di Jawa, maka di Sumatera Utara yang terletak di sebelah utara dari Equator pada garis 3-4 Lintang Utara, tanaman Rosela justru dapat berbunga lebat dalam bulan Oktober, November dan Desember, karena dalam bulan-bulan tersebut tanaman mengalami hari-hari pendek ialah kurang daripada 12 jam sehari. Dalam bulan April sampai September tanaman Rosela di Sumatera Utara tidak dapat membentuk bunga dan akan tumbuh vegetatif terus.
Bilamana dalam periode hari panjang kita hendak memaksa agar tanaman Rosela dapat berbunga, maka perlulah panjangnya hari dikurangi satu jam setiap hari. Dengan memindahkan tanaman tersebut setiap hari setengah jam sebelum matahari terbenam ke kamar gelap dan mengeluarkan lagi setengah jam sesudah matahari terbit, maka tanamannya akan mengalami kekurangan cahaya setiap hari daripada semestinya. Dengan cara demikian rosela akan dapat berbunga dalam periode tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar