A. Pembungaan Suatu Tanaman
Cara bagaimana bunga-bunga itu tersusun pada suatu tanaman disebut anthotaxis. Diantara berbagai jenis tumbuh-tumbuhan itu terdapat tanaman yang hanya membentuk satu bunga (planta uniflora), yang terletak di ujung batang atau cabang (terminalis). Beberapa jenis tanaman lain membentuk banyak bunga, tetapi tiap bunga duduk pada ketiak daun biasa (axillaris) dan letak bunga-bunga dari tanaman itu terpencar (flores sparsi). Kadang-kadang bunga terbentuk pada batang yang telah berkayu (cauliflores) atau dapat pula pada cabang-cabang yang telah cukup tua (ramiflores).
Salah satu faktor yang menpengaruhi pembungaan pada tanaamn adalah cahaya. Ada beberapa faktor dalam pencahayaan yaitu :
- Intensitas cahaya
Cahaya merupakan salah satu faktor pertumbuhan yang penting bagi
tanaman berdaun hijau. Bilamana jumlah intensitas cahaya yang diterima
oleh tanaman itu terlalu kecil, maka tanamannya tidak dapat tumbuh
normal. Untuk pembungaan yang normal tanaman membutuhkan intensitas
cahaya matahari yang tidak boleh lebih rendah daripada batas nilai
tertentu. Dalam pertumbuhan tanaman menuju ke arah reproduksi itu cahaya
tidak hanya diperlukan untuk pembentukan bunga, tetapi juga untuk
pertumbuhan buah hingga dapat diperoleh buah masak. Kebutuhan cahaya
untuk pembungaan tidak sama bagi bermacam-macam jenis tumbuhan. Misalnya
pohon Mangga (Mangifera indica L.). Pada umumnya tanaman yang pada masa
pertumbuhan mendapat cahaya lebih banyak dapat lebih mudah berbunga
daripada yang menderita kekurangan cahaya. Sehubungan dengan hal itu
maka banyak bunga terbentuk pada bagian ujung cabang-cabang atau
ranting-ranting, supaya lebih mudah mendapat sinar matahari. Contoh lain
yaitu tanaman kopi yang tumbuh dibawah naungan pohon-pohon besar yang
rimbun sehingga kurang mendapat cahaya matahari, sering kali tidak mau
berbunga. Andai kata beberapa cabang dari pohon-pohon pelindung itu di
pangkas, maka tanaman kopi tersebut akan mendapat lebih banyak cahaya
matahari dan kemudian dapat berbunga. Maka oleh dari itu usaha yang yang
sering dilakukan dalam praktek untuk memaksa supaya tanaman lekas
berbunga adalah memangkas cabang-cabang tanaman yang berlebihan dan yang
kurang produktif, misalnya cabang-cabang yang telah rapuh, rusak, sakit
atau telah mati.
2. Fotoperiodesitas
Setiap hari selama 24 jam, kita dapat menyaksikan adanya pergantian
antara periode gelap di waktu malam dan periode terang pada siang hari.
Di daerah yang beriklim tropis terutama di tempat-tempat yang terletak
pada garis katulistiwa (equator), panjang siang hari dan malam hari
dapat dikatakan hampir sama, yaitu rata-rata 12 jam sehari. Tetapi tidak
demikian halnya pada tempat-tempat lain yang terletak jauh dari
equator. Panjang hari bila dihitung mulai pada saat matahari terbit
hingga terbenam tidak akan tetap sepanjang tahun. Hal ini disebabkan
karena letak tempat matahari itu setiap hari berubah sedikit demi
sedikit.
Peristiwa pergantian periode terang dan gelap yang dapat disaksikan setiap hari dalam jangka waktu tertentu itu dinamakan fotoperiodesitas dan
menurut pengalaman dapat mempengaruhi pembungaan beberapa jenis
tumbuh-tumbuhan. Dalam ilmu tumbuh-tumbuhan siang hari yang lamanya
kurang dari 12 jam disebut hari pendek, sedang siang hari yang lamanya
lebih dari 12 jam disebut hari panjang.
Berdasarkan adanya respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran
(fotoperiodisitas) dalam proses pembungaan, maka tumbuhan dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1). Tumbuhan hari pendek (short day
plant); (2). Tumbuhan hari panjang (long day plant); dan (3). Tumbuhan
hari netral (neutral day plant). Pada proses pembungaan yang merupakan
periode kritis adalah panjang malam (periode gelapnya). Proses
pembungaan tumbuhan tertentu dapat dirangsang dengan perlakuan
temperatur rendah (vernalisasi). Pada dasarnya vernalisasi tidak hanya
untuk pembungaan tetapi dapat pula diperlakukan pada biji-biji tumbuhan
tertentu sebelum perkecambahan. Temperatur optimum untuk vernalisasi
berkisar antara 0 – 5oC. Zat yang bertanggung jawab meneruskan
rangsangan vernalisasi disebut vernalin, yaitu suatu hormon tumbuh.
Hormon tumbuh yang berperan dalam proses pembungaan disebut florigen.
Asam giberelin (GA) merupakan salah satu hormon tumbuh yang berperan
dalam proses pembungaan, tetapi tidak semua GA efektif untuk merangsang
pembungaan, misal GA6 dan GA8.
BAB II
- Manipulasi Pencahayaan Untuk Merangsang Pembungaan
- Manipulasi pada bunga Krisan
Tanaman krisan termasuk tanaman yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan cahaya (fotoperiodesitas),
baik dalam fase pertumbuhan maupun fase pembungaan. Untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman, tanaman krisan memerlukan ketersediaan cahaya
antara 14 – 16 jam/hari, sedangkan untuk fase pembuangan, tanaman ini
memerlukan panjang hari kurang dari 12 jam/hari. Dengan demikian untuk
memacu pertumbuhan tanaman, perlu ditambahkan cahaya buatan yang berasal
dari lampu pijar atau TL. Jika digunakan lampu buatan yang berasal dari
lampu pijar, maka intensitas cahaya pada daerah tergelap minimal 70
lux, sedangkan jika menggunakan lampu TL, minimal 40 lux. Dengan kondisi
tersebut, daya lampu minimal yang diperlukan adalah 100 W untuk lampu
pijar dan 40 W untuk TL. Pemberian cahaya tambahan tersebut umumnya
dilakukan mulai jam 19.00 sampai dengan jam 04.00 dengan cara intermittent lighting, yaitu menyala selama 10 menit, padam 20 menit yang dilakukan secara berulang-ulang.
Krisan adalah tanaman yang tumbuh baik pada ketinggian tempat 700 – 1200 m dpl, suhu udara untuk pertumbuhan (siang : 20-28 oC dan malam : 15-20 oC), kelembaban udara selama pertumbuhan awal 90 -95 %, dan setelah tanam, tingkat keasaman tanah pH 6,2 – 6,7 .
Namun meskipun tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi
tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah
yang curah hujannya tinggi seperti di Cianjur, Bogor, Sukabumi, Lembang
dan beberapa wilayah indonesia lainya, penanaman dilakukan di dalam
bangunan rumah plastik, sedangkan untuk pembungaan membutuhkan cahaya
menjelang pembungaan 70 – 80 %, tanaman hari pendek (masa vegetatif
memerlukan periode malam yang panjang (>14.5jam) / berbunga bila
penyinaran < 11 jam). Untuk produksi yang optimal perlu diberi
tambahan cahaya buatan 3-4 jam pada malam 3,5 – 4,5 mg dari lampu TL dan
lampu pijar.
SUBSISTEM PENCAHAYAAN BUATAN
- Lampu pijar dengan reflektor.
- Instalasi 100 watt per 5 meter persegi.
- Intensitas minimal pada titik tumbuh adalah 70 lux (diukur dengan lux-meter).
- Pola pencahayaan adalah kontinyu atau cyclic system.
- Pola pencahayaan cyclic lighting: (9’ ON 18’ OFF)
• Jam: 22.00-22.09 22.09-22.18 22.18-22.27
• 22.27-22.36 22.36-22.45 22.45-22.54
dst dst dst. s/d 02.00
• Blok A ON off off
• Blok B off ON off
• Blok C off off ON
• 22.27-22.36 22.36-22.45 22.45-22.54
dst dst dst. s/d 02.00
• Blok A ON off off
• Blok B off ON off
• Blok C off off ON
- Manipulasi pencahayaan pada tanaman Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)
Tanaman Rosela mempunyai batang yang bila di rendam dapat
menghasilkan serat untuk pembuatan karung goni. Di tempat-tempat seperti
di Bogor (jawa barat) dan Mojosari (Jawa Timur) yang terletak pada
garis 6-7 Lintang Selatan, maka tanaman rosela yang telah dewasa tidak
dapat membentuk bunga dalam periode antara 1 November sampai 1 april,
karena mengalami hari-hari yang agak panjang. Bilamana tanaman Rosela
itu ditanam di Bogor dan Mojosari tiap minggu berturut-turut mulai dari
awal Agustus sampai bulan Februari pada tahun berikutnya, maka seluruh
tanaman akan berbunga serentak dalam pertengahan bulan April pada
hari-hari pendek. Periodesitas dari pembungaan itu disebabkan oleh
perubahan panjangnya hari secara periodik. Kuncup-kuncup bunga Rosela
hanya dapat mekar dalam periode hari-hari pendek yaitu di Bogor dan
Mojosari antara bulan April sampai bulan September. Dalam periode ini
lamanya siang hari berkisar anatara 11 jam 40 menit dan 11 jam 58 menit.
Menurut pengalaman Rosela yang ditanam dalam bulan Agustus akan
berbunga pada akhir bulan April yaitu setelah berumur 8-9 bulan,
sedangkan yang ditanam dalam bulan Mei sampai Juni sudah dapat berbunga
dalam waktu 2,5 bulan. Dengan demikian umur tanaman Rosela di Jawa
sampai mulai berbunga dapat berkisar antara 2,5 – 9 bulan, tergantung
daripada tanggal bertanam. Mulai bulan september – April tanaman Rosela
akan tumbuh vegetatif terus, batangnya dapat mencapai tinggi sampai
4-4,5 meter dan dapat menghasilkan serat yang panjang. Bilaman rosela
itu ditanam dalam bulan Mei- juni, maka pada hari-hari pendek itu
tanaman sudah dapat berbunga pada umur 2,5 bulan dan kemudian akan
berbuah dan menghasilkan biji untuk keperluan pembiakan. Akan tetapi
batangnya pendek, tingginya hanya sekitar 1 – 1,5 meter. Sehubungan
dengan hal itu maka dalam praktek, untuk memperoleh hasil serat yang
panjang penanaman Rosela di Jawa dilakukan pada bulan Agustus sampai
Oktober , sedang untuk pembijian penanamannya dilakukan dalam bulan
Februari sampai April.
Berbeda dengan keadaan di Jawa, maka di Sumatera Utara yang terletak
di sebelah utara dari Equator pada garis 3-4 Lintang Utara, tanaman
Rosela justru dapat berbunga lebat dalam bulan Oktober, November dan
Desember, karena dalam bulan-bulan tersebut tanaman mengalami hari-hari
pendek ialah kurang daripada 12 jam sehari. Dalam bulan April sampai
September tanaman Rosela di Sumatera Utara tidak dapat membentuk bunga
dan akan tumbuh vegetatif terus.
Bilamana dalam periode hari panjang kita hendak memaksa agar tanaman
Rosela dapat berbunga, maka perlulah panjangnya hari dikurangi satu jam
setiap hari. Dengan memindahkan tanaman tersebut setiap hari setengah
jam sebelum matahari terbenam ke kamar gelap dan mengeluarkan lagi
setengah jam sesudah matahari terbit, maka tanamannya akan mengalami
kekurangan cahaya setiap hari daripada semestinya. Dengan cara demikian
rosela akan dapat berbunga dalam periode tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar