MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM
“BUDIDAYA ROSELLA”

Di susun oleh :
- Yogi Pradeksa (11744)
- Sonny Sanjaya (11746)
- Retno Wisti G (11752)
- Febian Sandi P (11758)
- Franseska Candra (11761)
- Nur Brilliyantin S (11768)
- Aris Budiman (11774)
- Dyah Kartika (11777)
- Rifka Dhimas A.H. (11783)
- Arif Wahyu W (11791)
Dosen Pengampu :
Dyah Weni Respatie,SP,.Msi.
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
BUDIDAYA ROSELLA
I. PENDAHULUAN
A. Sejarah perkembangan
tanaman rosella
Pertama – tama
Cuban Agricultural Experiment Station menanam rosella varietas
altissima dalam 1919 dengan benih yang dikirimkan oleh P.J Wester
dari Filipina. Julian C. Crane dalam keterangannya yang agak samar
mengemukakan bahwa rosella itu diimport ke Filipina dari Trinidad
dalam 1919 sedangkan 250 tahun sebelumnya tumbuhan ini telah dikenal
orang di Pulau Jawa. Mungkin yang dimaksudkan beliau itu ialah
tumbuhan Hibiscus-cannabinus.
Dalam buku yang diterbitkan oleh Royle (1855) dijelaskan bahwa
rosella di Hindia-Muka telah lama dipergunaka sebagai alat-alat
pengikat. Di Hindia Barat pada saat itu telah dikenal orang tumbuhan
rosella sebagai red-sorrel. Bibit tersebar dari Afrika oleh
orang-orang negro yang berpindah ke negara lain.
Kemudian dalam tahun
1887 benih dikirimkan dari Jamaica ke Florida. Lima tahun kemudian
(1892) telah banyak orang menanam rosella di Queensland yang
mempergunakan buah-buahnya untuk selai. Dari Queensland tumbuhan ini
menyebar ke California dimana tumbuhan itu diusahakan secara
besar-besaran dalam tahun 1895, varitas yang diusahakan itu dinamakan
orang Victor.
Dalam tahun 1911 Wester membawakan varitas
tersebut diusahakan di Filipina, semenjak itu pertanaman-pertanaman
dan pabrik selai meluas di Filipina. Tak lama kemudian Wester
menemukan diantara beberapa tumbuhan kecambah dari suatu type yang
dapat tumbuh tinggi dan lebih cepat dari pada type-type lain dan
bentuknya-pun berbeda sekali. Kemudian type ini dinamakan beliau
sebagai varitas altissima. Benih dari
pertanaman yang menimbulkan tipe ini berasal dari Afrika-Barat.
Dalam tahun 1921 Burkill menganjurkan agar
varitas tersebut diusahakan di Malaka secara tumpangsari dengan
karet. Juga di Pulau Sri Langka diadakan
percobaan dengan varitas altissima ini.
Di Indonesia nama rosela sudah dikenal sejak tahun 1922, tanaman
rosela telah tumbuh subur disepanjang lintasan kereta api Indramayu,
Jawa Barat, terutama di musim hujan terlihat hamparan kelopak bunga
kuning dan merah rosela yang bermekaran. Bunga rosella memiliki
keindahan biasanya dipakai sebagai tanaman hias taman luar ruangan,
tanaman pagar, tanaman hias dalam ruangan berupa bunga rangkai.
Negara Indonesia berada didaerah tropis yang
banyak keanekaragaman tanaman yang
ada di Indonesia. Berbagai macam tanaman dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pangan maupun bahan obat. Salah
satu tanaman yang dapat dijadikan bahan
obat dan dihidangkan yaitu tanaman rosela merah yang dalam
bahasa latin Hibiscus sabdariffa
L. Budidaya tanaman rosella merah ini sangatlah mudah dan juga
tidak memerlukan tempat yang luas untuk
memenuhi kebutuhan pribadi. Tanaman rosella
merah memberikan banyak manfaat dibidang kesehatan. Produk hasil
olahan rosella merah ini juga beraneka
ragam sehingga dapat memikat masyarakat yang biasa
mengkonsumsi produk herbal. Namun pada kenyataannya pembudidayaan
rosella merah di Indonesia masih
terpusat di daerah-daerah tertentu .
B. Tujuan
- Untuk mengetahui cara budidaya rosella.
- Untuk mengetahui manfaat rosella
II. PEMBAHASAN
A. Morfologi
Rosella adalah
salah satu tumbuhan yang banyak terdapat di daerah-daerah tropis dan
sub tropis dan tergolong kedalam Hibiscus familia Malvaceae. Tumbuhan
rosella yang telah berumur setahun berdiri tegak hampir tak berdahan,
kalau ditanam kerap dapat mencapai tinggi 3,5 – 4,5 meter. Bunga
rosella bertangkai pendek (4-6 mm) yakni hampir melekat pada batang
atau dahan. Oleh karena itu disebut sebagai bunga duduk. Tumbuhan
rosella termasuk kedalam golongan hermaphrodit, sehingga proses
penyerbukannya sendiri. Selanjutnya bunga rosella mulai dibentuk pada
1-2 hari setelah penyerbukan terjadi dan umumnya beruang lima. Pada
tiap ruang terdapat barisan biji. Buah muda diselimuti oleh kulit
yang tipis dan berwarna hijau kuning mengkilat dan akan menyebabkan
perasaan gatal pada si-pemungut.
Tanaman Rosella memiliki taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus sabdariffa L
Subkingdom : Tracheobionta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus sabdariffa L
Tanaman
ini memiliki dua varietas dengan budidaya dan manfaat yang berbeda,
yaitu : a) Hibiscus sabdariffa var. Altisima, rosela berkelopak bunga
kuning yang sudah lama dikembangkan untuk diambil serat batangnya
sebagai bahan baku pulp dan karung goni; dan b) Hibiscus sabdariffa
var. Sabdariffa, rosela berkelopak bunga merah yang kini mulai
diminati petani dan dikembangkan untuk diambil kelopak bunga dan
bijinya sebagai tanaman herbal dan bahan baku minuman kesehatan.
Rosela berkelopak bunga kuning (Hibiscus sabdariffa var. altisima)
adalah salah satu tanaman penghasil serat yang selama ini banyak
digunakan untuk bahan baku industri kertas (pulp) dan pabrik karung
goni.
B. Cara Budidaya
- Kondisi Lahan
Untuk pertumbuhan yang
baik diperlukan iklim yang basah dengan curah hujan rata-rata 1700 –
3000 mm. Untuk memperoleh air hujan yang cukup banyak haruslah
bertanam pada waktu hujan mulai turun. Oleh karena ayarat tersebut
maka tumbuhan tidak dapat diperlakukan sebagai palawija setelah padi,
walaupun misalnya tersedia air yang cukup untuk mengairi. Akan tetapi
air hujan harus segera dialiri agar batang rosella tidak terserang
penyakit Phytophthora sabdariffae. Inilah
alasan utama untuk bertanaman rosella diatas bedengan harus digali
parit untuk mengalirkan air. Suhu hendaknya berkisar antara 250
– 270C.
Keadaan udara harus tenang dan hawa yang lembab akan mempercepat
pertumbuhan sedang angin yang keras dan hawa yang dingin akan
membawakan pengaruh yang sebaliknya. Tumbuhan rosella dapat
diusahakan disegala macam tanah asalkan subur,tidak liat,gembur dan
struktur baik. Tanah liat yang berat dapat pula diusahakan terutama
yang mempunyai struktur baik serta kaya akan bahan organis, sebab
tumbuhan rosela peka terhadap bahan-bahan organis. Inilah alasan
utama untuk mengadakan pergiliran tanaman antara rosella dan pupuk
hijau (Mimosa invisa). pH tanah berkisar antara 4,4 – 6,5. tumbuhan
rosella dapat diusahakan pada dataran 20 – 650 meter dpl. Keadaan
tanah harus datar agar diperoleh suatu pertumbuhan yang rata dan
tinggi. Pada tempat yang lebih tinggi dari 650 meter maka pertumbuhan
akan berlangsung terus.
b. Cara Bertanam
Mengerjakan tanah
dilakukan menurut adat istiadat dari daerah bersangkutan. Di Jawa
Tengah dikerjakan dengan pacul sedang di Jawa Timur dibajak dan di
garu lalu dibiarkan ± 2 minggu sampai dikerjakan lagi. Tanah yang
dibajak dan digaru harus rata dan dihaluskan dengan tujuan untuk
memperoleh tumbuhan yang merata dan tinggi serta berkulit tebal.
Tanah selanjutnya dibuat bedengan, dengan dibagi-bagi dalam petak
yang dipisahkan oleh selokan pengairan. Luas petak-petak berkisar
antara 10 dan 15 are. Kemudian petak-petak ini dibagi dalam bedengan
yang berukuran 8 x 1,5 meter atau 10 x 1,5 m. Bedengan-bedengan ini
dipisah-pisah lagi oleh parit yang sama panjangnya dengan bedengan,
lebar dan dalamnya masing-masing 25 dan 30 cm. Parit-parit ini akan
bertemu dengan selokan pengairan. Tegak lurus pada selokan ini dalam
jarak 50 – 100 meter dapat digali selokan inang yang berukuran 80
cm x 80 cm. Dalam satu hektar dapat diharapkan 650 sampai 850
bedengan.
Jarak yang dipergunakan untuk pertanaman serat
berukuran 12 x 12 cm; 15 x 15 cm; 12,5 x 15 cm; 12,5 x 20 cm; atau 20
x 20 cm. Rendement serat pada jarak yang kerap berkisar antara 3 -4
%. Jumlah tumbuhan satu heltar berkisar antara 400.000 sampai 532.000
dan rata-rata bobot serat sebatang antara 6,57-11,11 gram.
Pembibitan harus terpisah jauh dari pertanaman
produksi serat sebab takut kalau hama/penyakit berpindah dari satu
tempat ke tempat lain. Jarak tanam yang dipergunakan adalah 75x50 cm;
75x75 cm; dan 100x75 cm atau tergantung dari keadaan tanah dan waktu
bertanam.
c. Waktu Bertanam
Sebaiknya waktu
bertanam bagi pembibitan rosella diadakan pada awal hari pendek yaitu
pada bulan Agustus,September, sehingga tumbuhan akan berbunga pada
usia ± 3 bulan yaitu pada bulan November (hari panjang). Ketika
waktu berbunga tanaman rosella jatuh pada hari panjang maka proses
pembungaan akan terganggu sehingga pertumbuhan batang rosella semakin
tinggi.
d. Bertanam
Agar barisan rosella
kelihatan lurus dan jumlah tumbuhan dalam barisan sama maka pada saat
tanam sebaiknya menggunakan tali bambu yang sebelumnya dibagi-bagi
dengan cat hitam atau merah menurut ukuran yang diinginkan. Benih
yang dipergunakan hendaknya berasal dari pemungutan pertama, sebab
pertumbuhan dalam biji telah mengalami pertumbuhan yang lengkap.
Beberapa hari sebelum bertanam sebaiknya biji dipilih terlebih dahulu
sebab biji yang besar-besar akan tumbuh kecambah yang lebih kuat dan
segar.
Langkah awalnya lubang
tempat benih ditugal sedalam 1-3 cm. Bila bedengan kering pada waktu
bertanam sebaiknya pertanaman diairi terlebih dahulu akan tetapi
harus dijaga agar keadaan tanah jangan terlalu basah, setelah itu
baru ditugal menurut ukuran jarak tanam yang digunakan. Lalu lubang
ditutup dengan tanah halus.
Dalam praktek dianjurkan menggunakan ”mal” guna mempercepat
waktu bertanam. Dalam hal ini akan diperoleh jumlah tanam per bedeng
yang sama, tapi syaratnya lebar tiap bedengan harus sama, sedang
datarannya rata dan halus agar tercapai lubang tanaman yang sama
dalam.
e.
Pemeliharaan
Penyulaman
Umumnya bibit tumbuh 2 – 3 hari setelah
bertanam. Lubang tanam yang tidak tumbuh dapat disulam pada hari
ketiga setelah tumbuh. Apabila penyulaman dilakukan pada waktu
berumur 7 – 21 hari maka pertumbuhannya
akan ketinggakan sebab pada waktu mencabut akar tunggal dan cabang
akan terpotong. Untuk mulai tumbuh lagi tanaman harus membentuk akar
yang baru dalam waktu yang tertentu.
Penjarangan
Setelah menyulam
pertanaman harus dijarangi pada usia 2 minggu. Tumbuhan yang masih
muda dapat dengan mudah dicabut, akan tetapi untuk mempercepat
pekerjaan ini sebaiknya dilakukan setelah turun hujan. Untuk mencegah
kerusakan akar darui tanaman lain maka pencabutan dilakukan kesamping
jangan lurus ke atas.
Penyiangan
Penyiangan bermanfaat
bagi pertumbuhan sebab pada waktu melakukan penyiangan maka keadaan
tanah terbuka dan lekas kering. Pertanaman yang disiangi akan
menyuburkan pertumbuhan tanaman serta memberikan pemandangan yang
menghijau. Penyiangan cukup dilakukan 2 sampai 3 kali sebab
pertanaman akan lekas tertutup karena jarak tanam yang kerap.
Pengairan
Tumbuhan rosella
memerlukan air banyak untuk pertumbuhannya. Sehingga kalau tidak
hujan dan keadaan tanah mulai kering sebaiknya lahan diairi. Akan
tetapi berhubug dengan cepatnya penyebaran penyakit Phytophthora maka
tumbuhan jangan sampai berhubungan langsung dengan air. Sehingga air
dalam selokan dan parit sebaiknya jangan terlalu banyak agar infeksi
dengan perantaraan air tak terjadi. Atau alternatif lain
kadang-kadang air dialirkan melalui parit, setelah beberapa hari
mengairi atau setelah hujan hendaknya parit dan selokan dibersihkan
dan dierdalam agar air dapat dengan mudah mengalir ke selokan
pembuangan.
Pemupukan
Waktu yang tepat
untuk memberikan pupuk adalah pagi-pagi karena keadaan tanah masih
basah. Macam-macam pupuk yang digunakan adalah :
- ZA, dosis 400 kg/Ha, diberikan sekaligus pada saat bertanam dengan cara menaburkan pupuk didalam lubang tanam kedalaman 7 cm dari permukaan tanah lalu ditutup kedalaman 4 cm, lalu diatasnya dapat ditanami benih.
- Pupuk N, dosis 119 kg/Ha, diberikan dua kali, yakni pada umur 21 dan 60 hari. Pertama pupuk ditaburkan dalam garitan sedalam kedalaman 7 cm dari dataran tanah dan 5 cm dari barisan tanaman yang membujur utara-selatan, yang terakhir dengan cara yang sama tapi menurut arah timur-barat.
f. Pemanenan
Tanda yang
biasanya dipergunakan sebagai pedoman untuk memotong ialah kalau
tumbuhan sudah berbunga. Hal itu dikarenakan pembungaan dapat
mereduksi serat dan menghentikan aktivitas kambium yang menyebabkan
penyusutan dari perimbangan antara kulit dan kayu sehingga
merendahkan kadar serat.
Tabel waktu tanam dengan persentase hasil serat yang diperoleh :
Waktu bertanam
|
Persentasi hasil
serat
|
1-15 Agustus
|
100
|
16-31 Agustus
|
95
|
1-15 September
|
90
|
16-30 September
|
85
|
1-15 Oktober
|
80
|
16-31 Oktober
|
70
|
Sumber : penelitian Kist (1948)
- Cara memotong Rosela :
Tanda-tanda yang dipergunakan untuk memotong ialah
kalau tumbuhan mulai berbunga. Pembentukan bunga akan mulai pada usia
5-6 bulan. Dalam pertanaman yang luas
sekali waktu pemotongan ini harus diperhitungkan benar sebab kalau
saat mulai berbunga saja yang dipergunakan sebagai patokan maka
sebagian dari pertanaman akan terlambat. Maka oleh karena itu
haruslah waktu bertanam itu diatur sedemikian rupa supaya waktu
pemotongan dapat dilakukan pada waktu yang diinginkan. Untuk mencegah
hal-hal yang tidak diinginkan hendaknya pemotongan ini dimulai
beberapa hari sebelumnya bunga mekar.
Cara yang dilakukan ada dua yaitu :
- Dicabut seluruh tumbuhan. Untuk mempercepat pekerjaan baiklah pertanaman yang akan dicabut itu diairi sebelumnya pencabutan terutama pada tanah-tanah liat yang hampir kering keadaannya. Kadang-kadang keadaan air tidak mencukupi untuk keperluan ini sehingga tumbuhan terpaksa dipotong sedikit diatas tanah. Pencabutan batang-batang diiringi oleh pemotongan akar. Akar-akar dikumpulkan pada suatu tempat yang tertentu dan kalau kering lalu dibakar sampai habis. Ada kala akar tersebut dibawa orang kerumahnya sebagai kayu bakar. Setelah akarnya dipotong lalu daun-daun dirampas dan ditinggalkan di lapangan.
Cara yang lebih
murah dan mudah untuk menggugurkan daun-daun ini dapatlah
batang-batang yang telah diikat itu ditinggalkan 3-4 hari dilapangan
dalam keadaan berdiri seperti terlihat dalam gambar. Akan tetapi cara
ini membutuhkan kontrol yang lebih teliti, sebab kalau terlalu lama
kulit-kulit batang akan mulai kering atau telah kering dimana
diperlukan masa pembusukan yang lebih lama.
Batang-batang yang
telah bersih ini diikat dalam jumlah yang tertentu lalu dikumpulkan
untuk diangkut kemudian ke tempat pembusukan. Keuntungan lain dara
cara ini ialah bahwa bagian-bagian dari tunggul dapat dipisahkan pada
waktu itu juga yang dapat dipergunakan oleh pabrik kertas.
Selain itu
pencabutan batang-batang rosella pada pertanaman-pertanaman bekas
Mimosa invisa adalah mudah sebab tanah tetap berada dalam keadaan
gembur oleh karena keadaan akar-akar mimosa yang banyak tinggal di
tanah.
- Batang-batang dipotong sedikit diatas dataran tanah, terutama pada tanah liat dimana pencabutan sukar dilakukan. Pekerjaan ini dapat lebih cepat dilakukan dan membutuhkan ongkos yang lebih murah, terutama kalau dipergunakan “cutter” dengan kapasitas 10-15 hektar sehari. Akan tetapi ditinjau dari sudut serangan penyakit maka cara ini kurang disukai oleh karena tunggul-tunggul yang tinggal dalam tanah dapat menjadi tumbuhan inang bagi penyakit-penyakit. Lagi pula pada pekerjaan tanah tak dapat semua tunggul-tunggul dapat dibersihkan, malahan akan mempersukar pekerjaan mambajak.
Untuk mencegah
penularan penyakit Phytophthora haruslah diadakan pergiliran tanaman
yakni satu kali dalam tiga tahun, peraturan mana akan memintakan
areal yang lebih luas bagi perusahaan rosella.
Keuntungan merendam
batang-batang tanpa daun-daunan ialah :
- Meringankan pengangkutan.
- Daun-daunan dapat dipergunakan sebagai pupuk, sebab menurut KOHC (1925) daun-daunan dari 22.000 kg unsure P205 masing-masing sesuai dengan 396 kg ZA 20% dan 49,5 kg DS 40%.
- Tak memintakan bak-bak yang berukuran luas dan dalam.
- Pengolahan akan dapat dilakukan dengan lebih cepat.
Cara
pembusukan :
Pembusukan dapat
dilakukan dengan dua cara pula, yaitu
- Pertama. Jika direndam seluruh batang-batang seperti biasanya diadakan orang di India maka akan timbul kesulitan-kesulitan dalam hal :
- Pengangkutan ketempat perendaman. Soal ini dapat diatasi dengan menggali kolam dekat pertanaman.
- Ukuran kolam-kolam harus lebih luas dan dalam agar segala hasil dapat direndam.
- Pengolahan serat memintakan waktu yang lebih lama sebab harus dijaga supaya serat-serat itu jangan sampai kusut sebab kalau kusut kualitasnya akan menurun.
Batang-batang dalam
jumlah yang tertentu diikat dalam satu arah yakni ujung pada ujung
dan pangkal pada pangkal, harus betul. Supaya proses pembusukan
merata haruslah ikatan-ikatan itu ditumpukkan berselang-seling sedang
tumpukan-tumpukan hendaknya jangan terlalu tebal. Tumbuhan pinggiran
harus dibusukkan dalam kolam-kolam yang terpisah sebab kulit dari
tumbuhan ini adalah lebih keras dan tebal dari daripada tumbuhan yang
ditengah, jadi memintakan prosespembusukan yang lebih lama. Tumbhan
yang berumur lebih dari 100 hari hendaknya dipotong-potong dalam dua
bagian yakni bagian pangkal yang berukuran satu meter dari dataran
tanah dan bagian atasan yang umumnya mempunyai batang yang lebih
lunak. Kedua bagian ini harus pula direndam dalam kolam-kolam yang
terpisah oleh karena memintakan masa proses pembusukan yang
berlainan. Jika barang-barang itu tidak dipotong atau kedua bagian
dicampur maka akan timbul proses yang kurang busuk atau suatu
peristiwa yang terlalu busuk terutama padan bagian atasan yang mana
akan membawakan prosentase yang tinggi. Untuk menghindari keadaan
yang tak diinginkan ini dapatlah rasanya batang-batang terlebih
dahulu ditegakkan dalam air dengan ujung ke atas selama kurang lebih
5 hari dan setelah itu barulah batang-batang itu diletakkan dalam
keadaan tersusun dalam kolam.
Perlakuan ini pun
memintakan kontrol yang lebih teliti dan penambahan biaya
pembusukkan.
- Kedua. Pada cara ini kulit dikupas dari batang dan menurut v.d. Meulen (1925) cara tersebut adalah lebih murah dan pembusukan akan berlangsung cepat. Pekerjaannya dapat dilakukan sebagai berikut :
Pertama-tama
pangkal batang dipukul-pukul dengan kayu sampai kulitnya terlepas
dari bagian batang akan tetapi keadaan kulit pada tempat pemukulan
jangan sampai rusak agar dapat ditarik bersamaan dengan serat yang
teletak dibawahnya. Kemudian pangkal batang dipotong lalu batang
dikupas dengan mempergunakan kayu sebagai pegangan pada waktu menarik
kulit.Dengan perlakkuan tersebut diangkut keperendaman hanya kurang
lebih 30% dari bobot hasil seluruhnya, untuk itu diperlukan suatu
ruangan pembusukan seluas 50-100 m3
akan tetapi memintakan tenaga pekerja yang lebih banyak, misalnya
untuk satu hektar 20 orang laki-laki dan 180 perempuan, jumlah mana
menurut v.d. MEULEN (1925) sukar didapatkan dari sebab potongan
rosella ini tiba bersamaan dengan awal pemungutan padi dan menurut
HEYN (1939) cara ini membawakan keadaan yang tidak rata sebab bekas
tangkai-tangkai daun tersebut, tak dapat dalam waktu yang sama
dihancurkan.
Membusukkan
Pembusukan
yang masih dilakukan oleh petani di Jawa Timur (Lumajang) dapat
digambarkan dengan kata-kata pendek seperti berikut. Batang-batang
rosella direndam dalam kolam yang digali untuk tujuan itu.
Kadang-kadang disungai atau didalam petak-petak sawah yang digenangi
air untuk mana diikhtiarkan suatu system pengairan yang mengalir
terus. Pembusukan dengan cara demikian berlangsung kurang lebih 3
minggu. Serat-serat yang diperoleh itu harus diolah dengan sempurna
yakni disetujui sambil dipukul-pukulkan diatas air yang mengalir
cepat. Serat yang diperoleh itu berwarna kelabu kebiru-biruan sampai
tangguli muda atau putih. Oleh karena dalam praktek pembusukan dengan
cara demikian tak merata sedang serat-seratnya masih banyak
mengandung kotoran atau sisa-sisa sehingga memintakan ongkos-ongkos
pengolah yang lebih tinggi disertai dengan presentasi kawul yang
tinggi pula maka tujuan utama pada pembusukan ialah memperoleh
keseragaman yang luas. Disampingnya itu warna serat memegang suatu
peranan yang penting terutama kalau hasil itu disediakan untuk
diekspor. Warna yang diinginkan ialah putih bersih dan berkilat.
Untuk mencapai tujuan ini hendaknya serat-serat bagi pembusukan dapat
dipenuhi misalnya saja pembuangan air harus berlangsung dalam
perbandingan yang tetap terhadap pemasukan. Perbaikan dapat dicapai
kalau diperhitungkan keadaan sifat-sifat anatomi dari kulit rosella.
Seperti dikatakan oleh Dr HEYN (1939) dinding sel banyak mengandung
pektine sedang dinding luar dari epidermis ditutupi oleh lapisan
gabus yang tebal sekali. Jadi proses pembusukan ini akan
menghancurkan pektine-pektine dan dinding-dinding sel dengan jasad
renik oleh mana dinding-dinding ini akan dilarutkan sedang sel-sel
akan bertebaran. Dengan demikian buntelan serat ditinggalkan pada
batang. Yang menimbulkan proses ini ialah Granulobacter pectinovorum
dan Pelctridium stromer. Suhu air yang diinginkan oleh bakteri ialah
34˚C sedang suhu air biasa adalah 27˚C. Suhu yang 34˚C dapat
dicapai dengan mempergunakan kolam-kolam dangkal dalam mana air tidak
akan mengalir sebab dengan adanya isolasi maka suhu akan meningkat.
Akan tetapi harus pula dijaga agar pengasaman jangan sampai terjadi
peristiwa mana dapat menghalangi kegiatan bakteri. Agar bakteri ini
dapat bekerja dengan baik haruslah disediakan pada tiap-tiap kolam
dua pancuran berturut-turut sebagai pemasukan dan pembuangan air.
Dengan demikian air akan mengalir perlahan-lahan sehingga tujuan
dapat dicapai. Air dalam kolam-kolam tam usah diganti seringkali
sebab proses pembusukan akan berlangsung lebih lama sedang serat
tidak akan memberikan kilab yang jernih. Air dari pembusukan ini
dialirkan ke kolam yang kedua dan dari yang kedua ke yang ketiga
dengan maksud menjangkiti kolam-kolam yang berikutnya. Air sebelumnya
dimasukan ke kolam pertama hendaknya disaring dengan induk agar
unsur-unsur besi dalam kandungan air dapat ditahan sehingga serat
memberikan warna putih jernih. Tindakan ini adalah perlu, sebab
menurut Dr HEYN (1939)
air yang mengandung unsure besi dapat dengan bahan samak merubah
warna biru atau kelabu dibawah pwngaruh sinar matahari menjadi
kuning. Untuk tujuan yang sama kolam-kolam itu hendaknya diterap agar
unsur-unsur besi dalam kandungan tanah tidak akan bereaksi dengan zat
samak. Untuk memudahkan pelajanan dan pemeliharaan kolam-kolam ini
baiklah digali kolam-kolam yang berjejer. Ukuran tiap-tiap kolam
dapat dibuat 1,25x4x0,5 meter. Menurut ukuran ini akan diperlukan
untuk sehektar 60-80 kolam. Jumlah ini berkaitan dengan hasil yang
dipotong. Waktu yang dibutuhkan untuk merendam/membusukkan berkaitan
dengan macam bahan-bahan yang direndam. Jika bahan-bahan ini terlalu
lekas diangkat akan sukar dicuci oleh karena bagian antar serat belum
busuk semuanya jadi belum lepas benar dari batang. Sebaliknya kalau
diangkat terlambat maka kekuatan serat akan banyak berkurang. Untuk
menentukan waktu yang tepat haruslah diadakan pemeriksaan pada
saat-saat yang tertentu. Waktu ini berkisar antara 2 sampai 3 minggu.
Pencucian
Setelah
bahan-bahan cukup lama direndam maka hasil itu diangkut dan
serat-serat dipisahkan/dikupas dari batang. Serat-serat yang telah
dilepaskan dari batang itu lalu dicuci dalam air yang mengalir cukup
deras sambil mmemukul-mukulkan serat itu pada air. Serat yang telah
besih itu dijemur sampai kering betul lalu diikat untuk diangkut ke
gudang dimana pekerjaan selanjutnya akan berlangsung.
Mengenai pembusukan telah banyak diadakan penelitian terutama dari
cara-cara yang akan memperpendek proses tersebut oleh karena hendak
mengurangi ongkos-ongkos yang tinggi sekali itu terutama di
daerah-daerah yang mempunyai baku hidup yang mahal. Sampai
sekarang orang belum berhasil. Untuk melespaka kulit dari batang
telah dicoba pula dengan “Raspador” tapi kekuatan mesin tidak
memuaskan dan keadaan serat banyak yang rusak. Jika kulit luar dapat
dibuang dengan mudah tentu perlakuan ini akan mempercepat proses
pembusukan. Salah satu faktor yang ikut mempengaruhi produksi serat
ialah varietas dan kualitas benih yang baik. Hasil benih per batang
ditentukan oleh jumlah dahan generatif. Jumlah buah per dahan dan
prosentase kuncup serta buah yang gugur dan saat serta interval waktu
pemungutan. Untuk memperoleh jumlah dahan generatif yang banyak maka
pertumbuhan memanjang harus dihalangi dengan memucuki batang diatas
kuncup bunga pertama pada waktu yang tepat. Akan tetapi oleh karena
tumbuhan dipucuki diatas kuncup bunga pertama maka pertumbuhan
generatif ke atas terhalang lalu tumbuhan itu membentuk dahan-dahan
generative ke bawah untuk mencapai keseimbangan dalam tubuhnya maka
diperlukan suatu waktu yang tertentu. Luasnya zona dahan-dahan
generate f tergantung dari varietasnya, sedang kuncup bunga-buah
mulai dibentuk pada dahan yang teratas menuju ke dahan terbawah.
Pembungaan/pembuahan pada tiap dahan mulai dari bagian bawah dan
meluas kebagian atasan. Jumlah buah yang akan dibentuk pada tiap-tiap
batang bergantung pada varietasnya, waktu bertanam, jumlah dahan buah
dan prosentase seluruh kuncup dan buah. Umumnya dahan-dahan teratas
membawakan suatu jumlah buah masak yang banyak akan tetapi buah-buah
ini tak akan masak serentak oleh karena antara tiap-tiap buah ada
perbedaan dalam saat pembentukannya. Jika ditunggu sampai buah-buah
pada tiap-tiap dahan masak semuanya lalu dahan bersangkutan dipotong
maka buah-buah yang pertama kali masak akan pecah pada saat yang
tertentu peristiwa mana dapat dipercepat kalau hujan turun sehari
sebelumya dan bijinya akan bertaburan ditanah. Dan kalau dahan
bersangkutan dipotong sebelumnya buah-buha pada bagian pucuk masak
semuanya maka akan diperoleh benih yang mempunyai daya dan tenaga
kecambah rata-rata rendah. Dalam satu percobaan waktu tanam
berkombinasi dengan pemucukan yang berlangsung 3 tahun berturut-turut
dengan tujuan memperoleh hasil biji yang banyak dan berdaya kecambah
tinggi ternyata bahwa waktu tanam yang lebih tepat terletak antara
15/1 s.d. 14/2 sedang pemucukan harus dilakukan pada umur 60 hari.
Sifat-sifat serat rosella yaitu:
- Batang dan daun tanaman rosella berwarna hijau tua sampai kemerahmerahan.
- Bunganya berwarna putih, cream sampai kuning.
- Warna serat yang baik adalah cream sampai putih perah, berkilau dan kekuatan cukup.
- Dalam keadaan basah kekuatan serat rosella tetap.
- Kekuatan serat rosella sedikit lebih rendah daripada serat yute.
Kegunaan serat rosella yaitu
- untuk bahan baku industri kertas (pulp) dan pabrik karung goni terutama untuk karung pembungkus gula dan beras.
Manfaat rosella
Rosella mengandung beberapa zat yang sangat penting bagi kesehatan.
Tiap 100 gr kelopak bunga segar mengandung 260-280 mg vitamin C.
Vitamin C tersebut 3 kali lipat dari buah anggur hitam, 9 kali lipat
jeruk sitrus, 10 kali lipat lebih besar dari buah belimbing dan 5
kali lipat dibanding vitamin C dalam jambu biji. Selain itu,
rosella juga mengandung vitamin D, vitamin B1, B2, niacin,
riboflavin, betakaroten, zat besi, asam amino, polisakarida, omega 3
dan kalsium dalam jumlah yang cukup tinggi (486 mg/100 gr). Rasa
asam dalam bunga rosella merupakan perpaduan berbagai jenis asam
seperti asam askorbat (vitamin C), asam sitrat, dan asam malat yang
juga bermanfaat bagi tubuh. Bahan aktif yang juga terdapat
dalam rosellaadalah grossy peptin, anthocyanin, gluside hibiscin,
dan flavonoid yang bermanfaat mencegah kanker, mengendalikan
tekanan darah, melancarkan peredaran darah, dan sebagainya.
Kandungan seratnya pun cukup tinggi yang berperan dalam melancarkan
sistem pembuangan dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Bagian tanaman rosela yang
paling banyak
dimanfaatkan untuk produk pangan maupun nonpangan adalah kelopak
bunga rosela. Di luar negeri, rosela telah diolah menjadi produk
pangan seperti teh, salad, jeli, selai, saus, sup, minuman, puding,
tart, sirup.
III. KESIMPULAN
- Rosella serat merupakan tanaman yang terdapat di daerah tropis dan sub tropis dan tergolong ke dalam spesies Hibiscus sabdariffa var. Altisima.
- Agar memperoleh hasil serat yang maksimal maka cara budidaya rosella mulai dari kondisi lahan, waktu bertanam,bertanam,pemeliharaan,dan pemanenan harus diperhatikan.
- Kegunaan serat rosella yaitu untuk bahan baku industri kertas (pulp) dan pabrik karung goni.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Bahan Serat Rosella.
<http://akimee.com/bahan-serat-rosella-artikel-135.html>.
Diakses tanggal 18
November 2011.
Anonim. 2010. Gambar Rosella Serat.
<http://www.google.co.id/ima
ges?q=rosela+ serat &um=1&hl=id&tbs=isch:1&ei=hgMYTd7AA8rRrQfo5pG-C
w &start =20&sa=N>.
Diakses tanggal 18
November 2011.
Anonim. 2010. Prospek Rosella di Indonesia.
<http://www.lintasberita.com/D
unia/Berita-Dunia/prospek-rosella-di-indonesia>.
Diakses tanggal 18
November 2011.
Maryani. 2005. Khasiat
dan Manfaat Rosella. Agromedia
Pustaka. Jakarta
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar