Jumat, 14 Desember 2012

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM “BUDIDAYA ROSELLA”

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM
BUDIDAYA ROSELLA”


Di susun oleh :
  1. Yogi Pradeksa (11744)
  2. Sonny Sanjaya (11746)
  3. Retno Wisti G (11752)
  4. Febian Sandi P (11758)
  5. Franseska Candra (11761)
  6. Nur Brilliyantin S (11768)
  7. Aris Budiman (11774)
  8. Dyah Kartika (11777)
  9. Rifka Dhimas A.H. (11783)
  10. Arif Wahyu W (11791)
Dosen Pengampu :
Dyah Weni Respatie,SP,.Msi.

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
BUDIDAYA ROSELLA

I. PENDAHULUAN
A. Sejarah perkembangan tanaman rosella
Pertama – tama Cuban Agricultural Experiment Station menanam rosella varietas altissima dalam 1919 dengan benih yang dikirimkan oleh P.J Wester dari Filipina. Julian C. Crane dalam keterangannya yang agak samar mengemukakan bahwa rosella itu diimport ke Filipina dari Trinidad dalam 1919 sedangkan 250 tahun sebelumnya tumbuhan ini telah dikenal orang di Pulau Jawa. Mungkin yang dimaksudkan beliau itu ialah tumbuhan Hibiscus-cannabinus.
Dalam buku yang diterbitkan oleh Royle (1855) dijelaskan bahwa rosella di Hindia-Muka telah lama dipergunaka sebagai alat-alat pengikat. Di Hindia Barat pada saat itu telah dikenal orang tumbuhan rosella sebagai red-sorrel. Bibit tersebar dari Afrika oleh orang-orang negro yang berpindah ke negara lain.
Kemudian dalam tahun 1887 benih dikirimkan dari Jamaica ke Florida. Lima tahun kemudian (1892) telah banyak orang menanam rosella di Queensland yang mempergunakan buah-buahnya untuk selai. Dari Queensland tumbuhan ini menyebar ke California dimana tumbuhan itu diusahakan secara besar-besaran dalam tahun 1895, varitas yang diusahakan itu dinamakan orang Victor.
Dalam tahun 1911 Wester membawakan varitas tersebut diusahakan di Filipina, semenjak itu pertanaman-pertanaman dan pabrik selai meluas di Filipina. Tak lama kemudian Wester menemukan diantara beberapa tumbuhan kecambah dari suatu type yang dapat tumbuh tinggi dan lebih cepat dari pada type-type lain dan bentuknya-pun berbeda sekali. Kemudian type ini dinamakan beliau sebagai varitas altissima. Benih dari pertanaman yang menimbulkan tipe ini berasal dari Afrika-Barat.
Dalam tahun 1921 Burkill menganjurkan agar varitas tersebut diusahakan di Malaka secara tumpangsari dengan karet. Juga di Pulau Sri Langka diadakan percobaan dengan varitas altissima ini.
Di Indonesia nama rosela sudah dikenal sejak tahun 1922, tanaman rosela telah tumbuh subur disepanjang lintasan kereta api Indramayu, Jawa Barat, terutama di musim hujan terlihat hamparan kelopak bunga kuning dan merah rosela yang bermekaran. Bunga rosella memiliki keindahan biasanya dipakai sebagai tanaman hias taman luar ruangan, tanaman pagar, tanaman hias dalam ruangan berupa bunga rangkai.
Negara Indonesia berada didaerah tropis yang banyak keanekaragaman tanaman yang ada di Indonesia. Berbagai macam tanaman dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun bahan obat. Salah satu tanaman yang dapat dijadikan bahan obat dan dihidangkan yaitu tanaman rosela merah yang dalam bahasa latin Hibiscus sabdariffa L. Budidaya tanaman rosella merah ini sangatlah mudah dan juga tidak memerlukan tempat yang luas untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Tanaman rosella merah memberikan banyak manfaat dibidang kesehatan. Produk hasil olahan rosella merah ini juga beraneka ragam sehingga dapat memikat masyarakat yang biasa mengkonsumsi produk herbal. Namun pada kenyataannya pembudidayaan rosella merah di Indonesia masih terpusat di daerah-daerah tertentu .



B. Tujuan
  1. Untuk mengetahui cara budidaya rosella.
  2. Untuk mengetahui manfaat rosella














II. PEMBAHASAN
A. Morfologi
Rosella adalah salah satu tumbuhan yang banyak terdapat di daerah-daerah tropis dan sub tropis dan tergolong kedalam Hibiscus familia Malvaceae. Tumbuhan rosella yang telah berumur setahun berdiri tegak hampir tak berdahan, kalau ditanam kerap dapat mencapai tinggi 3,5 – 4,5 meter. Bunga rosella bertangkai pendek (4-6 mm) yakni hampir melekat pada batang atau dahan. Oleh karena itu disebut sebagai bunga duduk. Tumbuhan rosella termasuk kedalam golongan hermaphrodit, sehingga proses penyerbukannya sendiri. Selanjutnya bunga rosella mulai dibentuk pada 1-2 hari setelah penyerbukan terjadi dan umumnya beruang lima. Pada tiap ruang terdapat barisan biji. Buah muda diselimuti oleh kulit yang tipis dan berwarna hijau kuning mengkilat dan akan menyebabkan perasaan gatal pada si-pemungut.
Tanaman Rosella memiliki taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus sabdariffa L
Tanaman ini memiliki dua varietas dengan budidaya dan manfaat yang berbeda, yaitu : a) Hibiscus sabdariffa var. Altisima, rosela berkelopak bunga kuning yang sudah lama dikembangkan untuk diambil serat batangnya sebagai bahan baku pulp dan karung goni; dan b) Hibiscus sabdariffa var. Sabdariffa, rosela berkelopak bunga merah yang kini mulai diminati petani dan dikembangkan untuk diambil kelopak bunga dan bijinya sebagai tanaman herbal dan bahan baku minuman kesehatan. Rosela berkelopak bunga kuning (Hibiscus sabdariffa var. altisima) adalah salah satu tanaman penghasil serat yang selama ini banyak digunakan untuk bahan baku industri kertas (pulp) dan pabrik karung goni.

B. Cara Budidaya
  1. Kondisi Lahan
Untuk pertumbuhan yang baik diperlukan iklim yang basah dengan curah hujan rata-rata 1700 – 3000 mm. Untuk memperoleh air hujan yang cukup banyak haruslah bertanam pada waktu hujan mulai turun. Oleh karena ayarat tersebut maka tumbuhan tidak dapat diperlakukan sebagai palawija setelah padi, walaupun misalnya tersedia air yang cukup untuk mengairi. Akan tetapi air hujan harus segera dialiri agar batang rosella tidak terserang penyakit Phytophthora sabdariffae. Inilah alasan utama untuk bertanaman rosella diatas bedengan harus digali parit untuk mengalirkan air. Suhu hendaknya berkisar antara 250 – 270C. Keadaan udara harus tenang dan hawa yang lembab akan mempercepat pertumbuhan sedang angin yang keras dan hawa yang dingin akan membawakan pengaruh yang sebaliknya. Tumbuhan rosella dapat diusahakan disegala macam tanah asalkan subur,tidak liat,gembur dan struktur baik. Tanah liat yang berat dapat pula diusahakan terutama yang mempunyai struktur baik serta kaya akan bahan organis, sebab tumbuhan rosela peka terhadap bahan-bahan organis. Inilah alasan utama untuk mengadakan pergiliran tanaman antara rosella dan pupuk hijau (Mimosa invisa). pH tanah berkisar antara 4,4 – 6,5. tumbuhan rosella dapat diusahakan pada dataran 20 – 650 meter dpl. Keadaan tanah harus datar agar diperoleh suatu pertumbuhan yang rata dan tinggi. Pada tempat yang lebih tinggi dari 650 meter maka pertumbuhan akan berlangsung terus.
b. Cara Bertanam
Mengerjakan tanah dilakukan menurut adat istiadat dari daerah bersangkutan. Di Jawa Tengah dikerjakan dengan pacul sedang di Jawa Timur dibajak dan di garu lalu dibiarkan ± 2 minggu sampai dikerjakan lagi. Tanah yang dibajak dan digaru harus rata dan dihaluskan dengan tujuan untuk memperoleh tumbuhan yang merata dan tinggi serta berkulit tebal. Tanah selanjutnya dibuat bedengan, dengan dibagi-bagi dalam petak yang dipisahkan oleh selokan pengairan. Luas petak-petak berkisar antara 10 dan 15 are. Kemudian petak-petak ini dibagi dalam bedengan yang berukuran 8 x 1,5 meter atau 10 x 1,5 m. Bedengan-bedengan ini dipisah-pisah lagi oleh parit yang sama panjangnya dengan bedengan, lebar dan dalamnya masing-masing 25 dan 30 cm. Parit-parit ini akan bertemu dengan selokan pengairan. Tegak lurus pada selokan ini dalam jarak 50 – 100 meter dapat digali selokan inang yang berukuran 80 cm x 80 cm. Dalam satu hektar dapat diharapkan 650 sampai 850 bedengan.
Jarak yang dipergunakan untuk pertanaman serat berukuran 12 x 12 cm; 15 x 15 cm; 12,5 x 15 cm; 12,5 x 20 cm; atau 20 x 20 cm. Rendement serat pada jarak yang kerap berkisar antara 3 -4 %. Jumlah tumbuhan satu heltar berkisar antara 400.000 sampai 532.000 dan rata-rata bobot serat sebatang antara 6,57-11,11 gram.
Pembibitan harus terpisah jauh dari pertanaman produksi serat sebab takut kalau hama/penyakit berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Jarak tanam yang dipergunakan adalah 75x50 cm; 75x75 cm; dan 100x75 cm atau tergantung dari keadaan tanah dan waktu bertanam.

c. Waktu Bertanam
Sebaiknya waktu bertanam bagi pembibitan rosella diadakan pada awal hari pendek yaitu pada bulan Agustus,September, sehingga tumbuhan akan berbunga pada usia ± 3 bulan yaitu pada bulan November (hari panjang). Ketika waktu berbunga tanaman rosella jatuh pada hari panjang maka proses pembungaan akan terganggu sehingga pertumbuhan batang rosella semakin tinggi.
d. Bertanam
Agar barisan rosella kelihatan lurus dan jumlah tumbuhan dalam barisan sama maka pada saat tanam sebaiknya menggunakan tali bambu yang sebelumnya dibagi-bagi dengan cat hitam atau merah menurut ukuran yang diinginkan. Benih yang dipergunakan hendaknya berasal dari pemungutan pertama, sebab pertumbuhan dalam biji telah mengalami pertumbuhan yang lengkap. Beberapa hari sebelum bertanam sebaiknya biji dipilih terlebih dahulu sebab biji yang besar-besar akan tumbuh kecambah yang lebih kuat dan segar.
Langkah awalnya lubang tempat benih ditugal sedalam 1-3 cm. Bila bedengan kering pada waktu bertanam sebaiknya pertanaman diairi terlebih dahulu akan tetapi harus dijaga agar keadaan tanah jangan terlalu basah, setelah itu baru ditugal menurut ukuran jarak tanam yang digunakan. Lalu lubang ditutup dengan tanah halus.
Dalam praktek dianjurkan menggunakan ”mal” guna mempercepat waktu bertanam. Dalam hal ini akan diperoleh jumlah tanam per bedeng yang sama, tapi syaratnya lebar tiap bedengan harus sama, sedang datarannya rata dan halus agar tercapai lubang tanaman yang sama dalam.
e. Pemeliharaan
Penyulaman
Umumnya bibit tumbuh 2 – 3 hari setelah bertanam. Lubang tanam yang tidak tumbuh dapat disulam pada hari ketiga setelah tumbuh. Apabila penyulaman dilakukan pada waktu berumur 7 – 21 hari maka pertumbuhannya akan ketinggakan sebab pada waktu mencabut akar tunggal dan cabang akan terpotong. Untuk mulai tumbuh lagi tanaman harus membentuk akar yang baru dalam waktu yang tertentu.
Penjarangan
Setelah menyulam pertanaman harus dijarangi pada usia 2 minggu. Tumbuhan yang masih muda dapat dengan mudah dicabut, akan tetapi untuk mempercepat pekerjaan ini sebaiknya dilakukan setelah turun hujan. Untuk mencegah kerusakan akar darui tanaman lain maka pencabutan dilakukan kesamping jangan lurus ke atas.
Penyiangan
Penyiangan bermanfaat bagi pertumbuhan sebab pada waktu melakukan penyiangan maka keadaan tanah terbuka dan lekas kering. Pertanaman yang disiangi akan menyuburkan pertumbuhan tanaman serta memberikan pemandangan yang menghijau. Penyiangan cukup dilakukan 2 sampai 3 kali sebab pertanaman akan lekas tertutup karena jarak tanam yang kerap.
Pengairan
Tumbuhan rosella memerlukan air banyak untuk pertumbuhannya. Sehingga kalau tidak hujan dan keadaan tanah mulai kering sebaiknya lahan diairi. Akan tetapi berhubug dengan cepatnya penyebaran penyakit Phytophthora maka tumbuhan jangan sampai berhubungan langsung dengan air. Sehingga air dalam selokan dan parit sebaiknya jangan terlalu banyak agar infeksi dengan perantaraan air tak terjadi. Atau alternatif lain kadang-kadang air dialirkan melalui parit, setelah beberapa hari mengairi atau setelah hujan hendaknya parit dan selokan dibersihkan dan dierdalam agar air dapat dengan mudah mengalir ke selokan pembuangan.

Pemupukan
Waktu yang tepat untuk memberikan pupuk adalah pagi-pagi karena keadaan tanah masih basah. Macam-macam pupuk yang digunakan adalah :
  • ZA, dosis 400 kg/Ha, diberikan sekaligus pada saat bertanam dengan cara menaburkan pupuk didalam lubang tanam kedalaman 7 cm dari permukaan tanah lalu ditutup kedalaman 4 cm, lalu diatasnya dapat ditanami benih.
  • Pupuk N, dosis 119 kg/Ha, diberikan dua kali, yakni pada umur 21 dan 60 hari. Pertama pupuk ditaburkan dalam garitan sedalam kedalaman 7 cm dari dataran tanah dan 5 cm dari barisan tanaman yang membujur utara-selatan, yang terakhir dengan cara yang sama tapi menurut arah timur-barat.
f. Pemanenan
Tanda yang biasanya dipergunakan sebagai pedoman untuk memotong ialah kalau tumbuhan sudah berbunga. Hal itu dikarenakan pembungaan dapat mereduksi serat dan menghentikan aktivitas kambium yang menyebabkan penyusutan dari perimbangan antara kulit dan kayu sehingga merendahkan kadar serat.
Tabel waktu tanam dengan persentase hasil serat yang diperoleh :
Waktu bertanam
Persentasi hasil serat
1-15 Agustus
100
16-31 Agustus
95
1-15 September
90
16-30 September
85
1-15 Oktober
80
16-31 Oktober
70
Sumber : penelitian Kist (1948)
  • Cara memotong Rosela :
Tanda-tanda yang dipergunakan untuk memotong ialah kalau tumbuhan mulai berbunga. Pembentukan bunga akan mulai pada usia 5-6 bulan. Dalam pertanaman yang luas sekali waktu pemotongan ini harus diperhitungkan benar sebab kalau saat mulai berbunga saja yang dipergunakan sebagai patokan maka sebagian dari pertanaman akan terlambat. Maka oleh karena itu haruslah waktu bertanam itu diatur sedemikian rupa supaya waktu pemotongan dapat dilakukan pada waktu yang diinginkan. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan hendaknya pemotongan ini dimulai beberapa hari sebelumnya bunga mekar.
Cara yang dilakukan ada dua yaitu :
  1. Dicabut seluruh tumbuhan. Untuk mempercepat pekerjaan baiklah pertanaman yang akan dicabut itu diairi sebelumnya pencabutan terutama pada tanah-tanah liat yang hampir kering keadaannya. Kadang-kadang keadaan air tidak mencukupi untuk keperluan ini sehingga tumbuhan terpaksa dipotong sedikit diatas tanah. Pencabutan batang-batang diiringi oleh pemotongan akar. Akar-akar dikumpulkan pada suatu tempat yang tertentu dan kalau kering lalu dibakar sampai habis. Ada kala akar tersebut dibawa orang kerumahnya sebagai kayu bakar. Setelah akarnya dipotong lalu daun-daun dirampas dan ditinggalkan di lapangan.
Cara yang lebih murah dan mudah untuk menggugurkan daun-daun ini dapatlah batang-batang yang telah diikat itu ditinggalkan 3-4 hari dilapangan dalam keadaan berdiri seperti terlihat dalam gambar. Akan tetapi cara ini membutuhkan kontrol yang lebih teliti, sebab kalau terlalu lama kulit-kulit batang akan mulai kering atau telah kering dimana diperlukan masa pembusukan yang lebih lama.
Batang-batang yang telah bersih ini diikat dalam jumlah yang tertentu lalu dikumpulkan untuk diangkut kemudian ke tempat pembusukan. Keuntungan lain dara cara ini ialah bahwa bagian-bagian dari tunggul dapat dipisahkan pada waktu itu juga yang dapat dipergunakan oleh pabrik kertas.
Selain itu pencabutan batang-batang rosella pada pertanaman-pertanaman bekas Mimosa invisa adalah mudah sebab tanah tetap berada dalam keadaan gembur oleh karena keadaan akar-akar mimosa yang banyak tinggal di tanah.
  1. Batang-batang dipotong sedikit diatas dataran tanah, terutama pada tanah liat dimana pencabutan sukar dilakukan. Pekerjaan ini dapat lebih cepat dilakukan dan membutuhkan ongkos yang lebih murah, terutama kalau dipergunakan “cutter” dengan kapasitas 10-15 hektar sehari. Akan tetapi ditinjau dari sudut serangan penyakit maka cara ini kurang disukai oleh karena tunggul-tunggul yang tinggal dalam tanah dapat menjadi tumbuhan inang bagi penyakit-penyakit. Lagi pula pada pekerjaan tanah tak dapat semua tunggul-tunggul dapat dibersihkan, malahan akan mempersukar pekerjaan mambajak.
Untuk mencegah penularan penyakit Phytophthora haruslah diadakan pergiliran tanaman yakni satu kali dalam tiga tahun, peraturan mana akan memintakan areal yang lebih luas bagi perusahaan rosella.
Keuntungan merendam batang-batang tanpa daun-daunan ialah :
  • Meringankan pengangkutan.
  • Daun-daunan dapat dipergunakan sebagai pupuk, sebab menurut KOHC (1925) daun-daunan dari 22.000 kg unsure P205 masing-masing sesuai dengan 396 kg ZA 20% dan 49,5 kg DS 40%.
  • Tak memintakan bak-bak yang berukuran luas dan dalam.
  • Pengolahan akan dapat dilakukan dengan lebih cepat.
Cara pembusukan :
Pembusukan dapat dilakukan dengan dua cara pula, yaitu
  • Pertama. Jika direndam seluruh batang-batang seperti biasanya diadakan orang di India maka akan timbul kesulitan-kesulitan dalam hal :
  1. Pengangkutan ketempat perendaman. Soal ini dapat diatasi dengan menggali kolam dekat pertanaman.
  2. Ukuran kolam-kolam harus lebih luas dan dalam agar segala hasil dapat direndam.
  3. Pengolahan serat memintakan waktu yang lebih lama sebab harus dijaga supaya serat-serat itu jangan sampai kusut sebab kalau kusut kualitasnya akan menurun.
Batang-batang dalam jumlah yang tertentu diikat dalam satu arah yakni ujung pada ujung dan pangkal pada pangkal, harus betul. Supaya proses pembusukan merata haruslah ikatan-ikatan itu ditumpukkan berselang-seling sedang tumpukan-tumpukan hendaknya jangan terlalu tebal. Tumbuhan pinggiran harus dibusukkan dalam kolam-kolam yang terpisah sebab kulit dari tumbuhan ini adalah lebih keras dan tebal dari daripada tumbuhan yang ditengah, jadi memintakan prosespembusukan yang lebih lama. Tumbhan yang berumur lebih dari 100 hari hendaknya dipotong-potong dalam dua bagian yakni bagian pangkal yang berukuran satu meter dari dataran tanah dan bagian atasan yang umumnya mempunyai batang yang lebih lunak. Kedua bagian ini harus pula direndam dalam kolam-kolam yang terpisah oleh karena memintakan masa proses pembusukan yang berlainan. Jika barang-barang itu tidak dipotong atau kedua bagian dicampur maka akan timbul proses yang kurang busuk atau suatu peristiwa yang terlalu busuk terutama padan bagian atasan yang mana akan membawakan prosentase yang tinggi. Untuk menghindari keadaan yang tak diinginkan ini dapatlah rasanya batang-batang terlebih dahulu ditegakkan dalam air dengan ujung ke atas selama kurang lebih 5 hari dan setelah itu barulah batang-batang itu diletakkan dalam keadaan tersusun dalam kolam.
Perlakuan ini pun memintakan kontrol yang lebih teliti dan penambahan biaya pembusukkan.
  • Kedua. Pada cara ini kulit dikupas dari batang dan menurut v.d. Meulen (1925) cara tersebut adalah lebih murah dan pembusukan akan berlangsung cepat. Pekerjaannya dapat dilakukan sebagai berikut :
Pertama-tama pangkal batang dipukul-pukul dengan kayu sampai kulitnya terlepas dari bagian batang akan tetapi keadaan kulit pada tempat pemukulan jangan sampai rusak agar dapat ditarik bersamaan dengan serat yang teletak dibawahnya. Kemudian pangkal batang dipotong lalu batang dikupas dengan mempergunakan kayu sebagai pegangan pada waktu menarik kulit.Dengan perlakkuan tersebut diangkut keperendaman hanya kurang lebih 30% dari bobot hasil seluruhnya, untuk itu diperlukan suatu ruangan pembusukan seluas 50-100 m3 akan tetapi memintakan tenaga pekerja yang lebih banyak, misalnya untuk satu hektar 20 orang laki-laki dan 180 perempuan, jumlah mana menurut v.d. MEULEN (1925) sukar didapatkan dari sebab potongan rosella ini tiba bersamaan dengan awal pemungutan padi dan menurut HEYN (1939) cara ini membawakan keadaan yang tidak rata sebab bekas tangkai-tangkai daun tersebut, tak dapat dalam waktu yang sama dihancurkan.
Membusukkan
Pembusukan yang masih dilakukan oleh petani di Jawa Timur (Lumajang) dapat digambarkan dengan kata-kata pendek seperti berikut. Batang-batang rosella direndam dalam kolam yang digali untuk tujuan itu. Kadang-kadang disungai atau didalam petak-petak sawah yang digenangi air untuk mana diikhtiarkan suatu system pengairan yang mengalir terus. Pembusukan dengan cara demikian berlangsung kurang lebih 3 minggu. Serat-serat yang diperoleh itu harus diolah dengan sempurna yakni disetujui sambil dipukul-pukulkan diatas air yang mengalir cepat. Serat yang diperoleh itu berwarna kelabu kebiru-biruan sampai tangguli muda atau putih. Oleh karena dalam praktek pembusukan dengan cara demikian tak merata sedang serat-seratnya masih banyak mengandung kotoran atau sisa-sisa sehingga memintakan ongkos-ongkos pengolah yang lebih tinggi disertai dengan presentasi kawul yang tinggi pula maka tujuan utama pada pembusukan ialah memperoleh keseragaman yang luas. Disampingnya itu warna serat memegang suatu peranan yang penting terutama kalau hasil itu disediakan untuk diekspor. Warna yang diinginkan ialah putih bersih dan berkilat. Untuk mencapai tujuan ini hendaknya serat-serat bagi pembusukan dapat dipenuhi misalnya saja pembuangan air harus berlangsung dalam perbandingan yang tetap terhadap pemasukan. Perbaikan dapat dicapai kalau diperhitungkan keadaan sifat-sifat anatomi dari kulit rosella. Seperti dikatakan oleh Dr HEYN (1939) dinding sel banyak mengandung pektine sedang dinding luar dari epidermis ditutupi oleh lapisan gabus yang tebal sekali. Jadi proses pembusukan ini akan menghancurkan pektine-pektine dan dinding-dinding sel dengan jasad renik oleh mana dinding-dinding ini akan dilarutkan sedang sel-sel akan bertebaran. Dengan demikian buntelan serat ditinggalkan pada batang. Yang menimbulkan proses ini ialah Granulobacter pectinovorum dan Pelctridium stromer. Suhu air yang diinginkan oleh bakteri ialah 34˚C sedang suhu air biasa adalah 27˚C. Suhu yang 34˚C dapat dicapai dengan mempergunakan kolam-kolam dangkal dalam mana air tidak akan mengalir sebab dengan adanya isolasi maka suhu akan meningkat. Akan tetapi harus pula dijaga agar pengasaman jangan sampai terjadi peristiwa mana dapat menghalangi kegiatan bakteri. Agar bakteri ini dapat bekerja dengan baik haruslah disediakan pada tiap-tiap kolam dua pancuran berturut-turut sebagai pemasukan dan pembuangan air. Dengan demikian air akan mengalir perlahan-lahan sehingga tujuan dapat dicapai. Air dalam kolam-kolam tam usah diganti seringkali sebab proses pembusukan akan berlangsung lebih lama sedang serat tidak akan memberikan kilab yang jernih. Air dari pembusukan ini dialirkan ke kolam yang kedua dan dari yang kedua ke yang ketiga dengan maksud menjangkiti kolam-kolam yang berikutnya. Air sebelumnya dimasukan ke kolam pertama hendaknya disaring dengan induk agar unsur-unsur besi dalam kandungan air dapat ditahan sehingga serat memberikan warna putih jernih. Tindakan ini adalah perlu, sebab menurut Dr HEYN (1939) air yang mengandung unsure besi dapat dengan bahan samak merubah warna biru atau kelabu dibawah pwngaruh sinar matahari menjadi kuning. Untuk tujuan yang sama kolam-kolam itu hendaknya diterap agar unsur-unsur besi dalam kandungan tanah tidak akan bereaksi dengan zat samak. Untuk memudahkan pelajanan dan pemeliharaan kolam-kolam ini baiklah digali kolam-kolam yang berjejer. Ukuran tiap-tiap kolam dapat dibuat 1,25x4x0,5 meter. Menurut ukuran ini akan diperlukan untuk sehektar 60-80 kolam. Jumlah ini berkaitan dengan hasil yang dipotong. Waktu yang dibutuhkan untuk merendam/membusukkan berkaitan dengan macam bahan-bahan yang direndam. Jika bahan-bahan ini terlalu lekas diangkat akan sukar dicuci oleh karena bagian antar serat belum busuk semuanya jadi belum lepas benar dari batang. Sebaliknya kalau diangkat terlambat maka kekuatan serat akan banyak berkurang. Untuk menentukan waktu yang tepat haruslah diadakan pemeriksaan pada saat-saat yang tertentu. Waktu ini berkisar antara 2 sampai 3 minggu.

Pencucian
Setelah bahan-bahan cukup lama direndam maka hasil itu diangkut dan serat-serat dipisahkan/dikupas dari batang. Serat-serat yang telah dilepaskan dari batang itu lalu dicuci dalam air yang mengalir cukup deras sambil mmemukul-mukulkan serat itu pada air. Serat yang telah besih itu dijemur sampai kering betul lalu diikat untuk diangkut ke gudang dimana pekerjaan selanjutnya akan berlangsung. Mengenai pembusukan telah banyak diadakan penelitian terutama dari cara-cara yang akan memperpendek proses tersebut oleh karena hendak mengurangi ongkos-ongkos yang tinggi sekali itu terutama di daerah-daerah yang mempunyai baku hidup yang mahal. Sampai sekarang orang belum berhasil. Untuk melespaka kulit dari batang telah dicoba pula dengan “Raspador” tapi kekuatan mesin tidak memuaskan dan keadaan serat banyak yang rusak. Jika kulit luar dapat dibuang dengan mudah tentu perlakuan ini akan mempercepat proses pembusukan. Salah satu faktor yang ikut mempengaruhi produksi serat ialah varietas dan kualitas benih yang baik. Hasil benih per batang ditentukan oleh jumlah dahan generatif. Jumlah buah per dahan dan prosentase kuncup serta buah yang gugur dan saat serta interval waktu pemungutan. Untuk memperoleh jumlah dahan generatif yang banyak maka pertumbuhan memanjang harus dihalangi dengan memucuki batang diatas kuncup bunga pertama pada waktu yang tepat. Akan tetapi oleh karena tumbuhan dipucuki diatas kuncup bunga pertama maka pertumbuhan generatif ke atas terhalang lalu tumbuhan itu membentuk dahan-dahan generative ke bawah untuk mencapai keseimbangan dalam tubuhnya maka diperlukan suatu waktu yang tertentu. Luasnya zona dahan-dahan generate f tergantung dari varietasnya, sedang kuncup bunga-buah mulai dibentuk pada dahan yang teratas menuju ke dahan terbawah. Pembungaan/pembuahan pada tiap dahan mulai dari bagian bawah dan meluas kebagian atasan. Jumlah buah yang akan dibentuk pada tiap-tiap batang bergantung pada varietasnya, waktu bertanam, jumlah dahan buah dan prosentase seluruh kuncup dan buah. Umumnya dahan-dahan teratas membawakan suatu jumlah buah masak yang banyak akan tetapi buah-buah ini tak akan masak serentak oleh karena antara tiap-tiap buah ada perbedaan dalam saat pembentukannya. Jika ditunggu sampai buah-buah pada tiap-tiap dahan masak semuanya lalu dahan bersangkutan dipotong maka buah-buah yang pertama kali masak akan pecah pada saat yang tertentu peristiwa mana dapat dipercepat kalau hujan turun sehari sebelumya dan bijinya akan bertaburan ditanah. Dan kalau dahan bersangkutan dipotong sebelumnya buah-buha pada bagian pucuk masak semuanya maka akan diperoleh benih yang mempunyai daya dan tenaga kecambah rata-rata rendah. Dalam satu percobaan waktu tanam berkombinasi dengan pemucukan yang berlangsung 3 tahun berturut-turut dengan tujuan memperoleh hasil biji yang banyak dan berdaya kecambah tinggi ternyata bahwa waktu tanam yang lebih tepat terletak antara 15/1 s.d. 14/2 sedang pemucukan harus dilakukan pada umur 60 hari.
Sifat-sifat serat rosella yaitu:
  • Batang dan daun tanaman rosella berwarna hijau tua sampai kemerahmerahan.
  • Bunganya berwarna putih, cream sampai kuning.
  • Warna serat yang baik adalah cream sampai putih perah, berkilau dan kekuatan cukup.
  • Dalam keadaan basah kekuatan serat rosella tetap.
  • Kekuatan serat rosella sedikit lebih rendah daripada serat yute.
Kegunaan serat rosella yaitu
  • untuk bahan baku industri kertas (pulp) dan pabrik karung goni terutama untuk karung pembungkus gula dan beras.




















Manfaat rosella
Rosella mengandung beberapa zat yang sangat penting bagi kesehatan. Tiap 100 gr kelopak bunga segar mengandung 260-280 mg vitamin C. Vitamin C tersebut 3 kali lipat dari buah anggur hitam, 9 kali lipat jeruk sitrus, 10 kali lipat lebih besar dari buah belimbing dan 5 kali lipat dibanding vitamin C dalam jambu biji. Selain itu, rosella juga mengandung vitamin D, vitamin B1, B2, niacin, riboflavin, betakaroten, zat besi, asam amino, polisakarida, omega 3 dan kalsium dalam jumlah yang cukup tinggi (486 mg/100 gr). Rasa asam dalam bunga rosella merupakan perpaduan berbagai jenis asam seperti asam askorbat (vitamin C), asam sitrat, dan asam malat yang juga bermanfaat bagi tubuh. Bahan aktif yang juga terdapat dalam rosellaadalah grossy peptin, anthocyanin, gluside hibiscin, dan flavonoid yang bermanfaat mencegah kanker, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah, dan sebagainya. Kandungan seratnya pun cukup tinggi yang berperan dalam melancarkan sistem pembuangan dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Bagian tanaman rosela yang paling banyak dimanfaatkan untuk produk pangan maupun nonpangan adalah kelopak bunga rosela. Di luar negeri, rosela telah diolah menjadi produk pangan seperti teh, salad, jeli, selai, saus, sup, minuman, puding, tart, sirup.














III. KESIMPULAN
    1. Rosella serat merupakan tanaman yang terdapat di daerah tropis dan sub tropis dan tergolong ke dalam spesies Hibiscus sabdariffa var. Altisima.
    2. Agar memperoleh hasil serat yang maksimal maka cara budidaya rosella mulai dari kondisi lahan, waktu bertanam,bertanam,pemeliharaan,dan pemanenan harus diperhatikan.
    3. Kegunaan serat rosella yaitu untuk bahan baku industri kertas (pulp) dan pabrik karung goni.
























DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Bahan Serat Rosella. <http://akimee.com/bahan-serat-rosella-artikel-135.html>. Diakses tanggal 18 November 2011.
Anonim. 2010. Prospek Rosella di Indonesia. <http://www.lintasberita.com/D unia/Berita-Dunia/prospek-rosella-di-indonesia>. Diakses tanggal 18 November 2011.
Maryani. 2005. Khasiat dan Manfaat Rosella. Agromedia Pustaka. Jakarta





















LAMPIRAN









Tidak ada komentar:

Posting Komentar